samudrafakta.com
Bedah Fakta

Si Jenius R.M.P. Sosrokartono [1]: Nasionalis dan Guru Sejati yang ‘Dibegal’ Snouck Hurgronje

Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono muda. FOTO: Istimewa
Masyarakat Indonesia selalu ingat Raden Ajeng Kartini, namun ingatan bangsa ini gagal merekam sosok kakaknya, Raden Mas Panji (R.M.P) Sosrokartono. Padahal, jasa Sosrokartono sangatlah besar untuk bangsa ini. Bahkan, kemunculan Kartini di panggung narasi sejarah nasional tak lepas dari peran besar sang kakak.

Sejarawan Aguk Irawan M.N., dalam artikel Kartono-Kartini yang dimuat situs Pustaka Iiman pada tahun 2022, menulis bahwa Sosrokartono adalah inspirator Kartini. Pemikiran dan gagasan emansipasi Kartini, menurut Aguk, diwariskan oleh kakaknya itu, yang sekaligus berperan sebagai penasihat dan penyuplai buku-buku bacaan untuk Kartini.

“Beruntunglah Kartini punya kakak Sosrokartono. Dari Sosro inilah Kartini banyak dikenalkan dengan guru-gurunya di Hogere Burger School (HBS) dan dosen-dosennya di Eropa. Kemudian dari situlah Kartini banyak curhat dengan surat-surat itu (yang kemudian dibukukan dalam Habis Gelap Terbitlah Terang),” tulis Aguk dalam artikelnya.

Vokal Menantang Kolonialisme

Harry A. Poeze, dalam buku Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950, mencatat, pada tahun 1899, Sosrokartono berpidato dalam sebuah acara Kongres Bahasa di Gent, Belgia, menggunakan bahasa Belanda.

Baca Juga :   Si Jenius R.M.P Sosrokartono [3]: Penasihat Spiritual Sukarno, Mandor Klungsu, dan Joko Pring Si ‘Peramal’ Jitu

Dalam pidato tersebut, Sosrokartono menyatakan dengan tegas bahwa selama matahari dan rembulan bersinar, dia menantang dan menjadi musuh siapa pun yang akan membuat bangsanya menjadi bangsa Eropa atau setengah Eropa.

“Bangkitlah hai putra- putri Jawa. Serbulah bukit ilmu pengetahuan yang ada di depanmu. Sungguh jauh dari maksud saya untuk menjadikan kamu menjadi orang Belanda. Pertama- tama kamu harus menyadari bahwa kamu itu orang Jawa dan tetap orang Jawa. Kamu bisa saja menguasai kemajuan orang Eropa, tanpa mengorbankan kepribadianmu dan sifat- sifatmu. Kamu harus menguasai bahasamu dan di samping itu bahasa Belanda, untuk tidak menggantinya tetapi untuk memperkaya. Tanaman membutuhkan air dan udara untuk pertumbuhannya, ia tidak berubah menjadi air atau udara, sedang ia tetap mengikuti jalan pertumbuhannya sendiri. Dengan tegas saya menyatakan diri saya sebagai musuh dari siapa pun yang berniat menjadikan kita orang Eropa dan menginjak- injak adat istiadat dan kebiasaan kita yang suci. Selama matahari dan bulan bersinar, mereka akan saya tantang!” demikian isi pidatro Sosrokartono, sebagaimana dikutip Poeze.

Sosrokartono juga menyatakan dengan tandas bahwa dirinya adalah musuh bagi mereka yang menginjak-injak tradisi serta adat bangsanya yang luhur lagi suci.

Baca Juga :   Si Jenius R.M.P. Sosrokartono [2]: Cucu Kiai Tasawuf dari Teluk Awur, Wartawan Agung, dan Santri Kiai Jombang

Pada poin terakhir pidatonya, Sosrokartono menyuarakan penentangannya terhadap praktik kolonialisme dan imperialisme. Seruannya itu membuat syok negara-negara Eropa, terutama Belanda, yang saat itu tengah berlomba-lomba melakukan ekspansi kolonial ke berbagai negeri.

Sebulan kemudian, pidato Sosrokartono dimuat dalam majalah bulanan Neerlandia, yang membuat popularitasnya melambung. Dia kondang sebagai seorang pribumi Nusantara yang berani mengkritik Belanda sebagai penguasa koloni. Pidato tersebut juga menjadi pemantik bagi kaum bumiputera, yang berangsur-angsur mendapat kesempatan yang sama untuk melanjutkan studi di Eropa.

Artikel Terkait

Leave a Comment