samudrafakta.com
Catatan

Bahagia Itu Sederhana, Asal Tidak ‘Salah Mikir’

Ilustrasi Canva.
Tujuan hidup manusia adalah mencari kebahagiaan. Mencari kesenangan. Namun, kerapkali seseorang keliru ‘mengidentifikasikan’ kebahagiaan. Akibatnya, bukannya bahagia, tapi malah sengsara, gara-gara ‘salah duga’. Lalu bagaimana cara untuk benar-benar bahagia? Filsuf Epicurean, Epicurus, memberikan kita nasihat untuk itu.

Epicurus adalah seorang filsuf angkatan pasca-Socrates. Gagasan awalnya hampir sama dengan gagasan kaum Sinisme. Awalnya, dia sinis terhadap pemikiran Socrates, Plato, dan murid-muridnya, yang menurut dia berpikir terlalu keras untuk mencari cara bagaimana agar menjadi orang baik.

Menurut Epicurus, cara seperti itu tidak manusiawi. Mempersulit diri sendiri. Padahal hidup itu, kata dia, bukan tentang bagaimana caranya menjadi baik, tetapi tentang bagaimana caranya bahagia.

Bahagia berarti merasa senang. Itulah definisi paling sederhana dari bahagia menurut Epicurus. Anda boleh saja menjelaskan bahagia panjang lebar, dengan gaya filsafat, tetapi menurut Epicurus, bahagia itu sederhana: merasa senang. Titik.

Nah, menurut Epicurus, untuk mencapai kebahagiaan itu caranya sederhana: Hiduplah secara benar, maka kita akan senang. Hanya saja, faktanya, model dan jenis kesenangan itu ada banyak.

Baca Juga :   Lima Minuman Ini Dipercaya Bisa Membersihkan Paru-Paru Berlendir

Sebelum memahami jenis dan model kesenangan, kita pelajari dulu kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi dalam mengidentifikasi kesenangan, sebagaimana dirangkum oleh Epicurus.

Yang pertama, seringkali orang salah mengidentifikasi kesenangan dalam hubungan antar-manusia. Orang sering menganggap bahwa hubungan terbaik dan menyenangkan adalah hubungan romantis. Menganggap puncak kebahagiaan dalam hubungan adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan, atau suami dan istri—hubungan berbau seksual. Padahal, kata Epicurus, tidak seperti itu.

Banyak pasangan yang berpisah. Banyak pasangan suami-istri yang bercerai. Dalam fase pacaran pun sering ribut. Coba, sesekali Anda teliti, siapakah yang paling sering merasakan galau? Orang yang punya pasangan atau jomblo? Kan, orang yang punya pasangan.

Telepon atau pesan tidak terjawab saja langsung kepikiran macam-macam. Galau. Pikiran tidak tenang.

Suasana hati seperti itu tidak akan terjadi pada jomblo. Yang ada di pikiran kaum jomblo hanya “bagaimana caranya agar bisa mendapatkan pasangan”. Cuma itu. Sementara, yang sudah punya pasangan pikirannya macam-macam. Khawatir terhadap kesehatan pasangan lah, khawatir dikhianati lah, khawatir dicueki lah, dan banyak lagi. Maka dari itulah, menurut Epicurus, hubungan romantis bukanlah kualitas hubungan tertinggi.

Baca Juga :   Warga Finlandia Paling Bahagia di Muka Bumi Meski Kena Pajak Tinggi, Kok Bisa?

Artikel Terkait

Leave a Comment