samudrafakta.com
Kuliner

Madumongso, Penganan Ikonik Khas Lebaran dari Jawa Timur

Madumongso. FOTO: Dok. SAMUDRA FAKTA
JAKARTA—Hari Raya Idul Fitri identik dengan berbagai suguhan. Setiap daerah memiliki khasnya masing-masing. Tak jarang makanan yang disuguhkan untuk tamu merupakan home made. Salah satunya madumongso, kudapan manis khas Lebaran yang tidak pernah absen disuguhkan, utamanya di masyarakat wilayah Jawa Timur bagian barat-selatan.

Dari sisi tampilan, bentuk madumongso hampir sama dengan dodol. Namun, kedua penganan ini berbeda bahan dasarnya. Madumongso berbahan dasar ketan hitam, sementara dodol atau jenang terbuat dari tepung ketan.

Madumongso terbuat dari beras ketan yang fermentasi sehingga menjadi tape ketan, lalu dicampurkan nanas serta santan kelapa. Makanan ini memiliki warna cokelat pekat. Biasanya, madumongso dikemas menggunakan kertas minyak warna-warni atau plastik bening kecil lalu diikat menggunakan benang wol.

Meskipun namanya madumongso, makanan ini sama sekali tidak mengandung madu. Istilah “madu” dalam madumongso digunakan untuk merepresentasikan rasa manis makanan tersebut. Sedangkan kata “mongso” dapat artikan dari kata “rumangsa”, yang berarti “dikira” atau dirasa”. Maksudnya, makanan ini rasanya dikira seperti madu.

Baca Juga :   Selain Indonesia, Negara-negara Ini Juga Punya Tradisi Ketupat Lebaran

Madumongso menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Konon, makanan ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno. Dulunya disajikan untuk para pada perayaan besar atau acara-acara ritual kerajaan.

Madumongso berhasil eksis hingga saat ini, bahkan menjadi ikon makanan khas lebaran. Sama seperti dodol atau jenang, proses pembuatan madumongso cukup lama.

Ketan hitam yang menjadi bahan baku madumongso harus direndam terlebih dahulu selama 17 jam. Selanjutnya, proses memasak madumongso membutuhkan waktu 3 jam dan adonan harus terus diaduk supaya merata.

Didaftarkan Menjadi Warisan Budaya

Pemerintah Kota Madiun, Jawa Timur, mengaku telah mendaftarkan madumongso sebagai bagian dari warisan budaya tak benda. Langkah ini dilakukan agar tidak adanya klaim pemilikan atas madumongso.

“Jadi kalau ada daerah lain yang menyebut misalnya madumongso itu khas daerah A, maka kita punya dasarnya,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbuparpora) Kota Madiun, Agus Purwowidagdo, dikutip dari GNFI, Selasa, 15 Agustus 2023.

Kendati yang mendaftarkan madumongso adalah pihak Pemerintah Kota Madiun, beberapa sumber juga mencatat madumongso menjadi bagian dari makanan khas Ponorogo, Jawa Timur—yang merupakan kota tetangga Madiun.

Baca Juga :   Menikmati Makan Enak dan Pemandangan Sedap di Surabaya

Menurut sebuah kisah yang disampaikan secara turun-temurun di wilayah eks-Karesidenan Madiun—yang meliputi wilayah Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, hingga Kabupaten Pacitan—madumongso tercipta karena masyarakat Ponorogo merindukan rasa buah kurma. 

Konon, masyarakat Ponorogo yang pernah melaksanakan haji dan memakan buah kurma, merasa rindu saat pulang ke Tanah Air. Oleh karena itu, mereka membuat makanan alternatif yang bentuk, warna, dan rasanya mirip dengan buah kurma. Dari situlah makanan madumongso tercipta.■

Artikel Terkait

Leave a Comment