samudrafakta.com
Teknologi

Fakta-Fakta Pemancar 5G: Ancaman Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Manusia  

Ilustrasi pemancar 5G. FOTO: Canva
JAKARTA—Manusia memiliki gelombang elektromagnetik pada organ-organ tubuh, seperti jantung, hati, otak manusia berkisar pada 8-10 Hz. Apabila tubuh manusa dihujani dengan triliunan elektromagnetik tiap detik secara terus-menerus—termasuk oleh gelombang seluler, terutama 5G—dampaknya akan sangat serius bagi tubuh.

5G memiliki frekuensi yang sangat tinggi 24-90 Ghz, padahal sebelumnya 4G hanya 1-3Ghz. Dan para ilmuan tahu jika gelombang ini bakal berdampak lebih berbahaya bagi manusia dibandingkan 4G. Sementara gelombang 4G sendiri, sebagaimana hasil berbagai penelitian, terbukti berakibat fatal pada manusia dan diindikasikan menyebakan berbagai penyakit, seperti pusing, insomnia, dan kanker.

Menara seluler 4G saat ini memiliki sekitar selusin port antena untuk mendukung semua komunikasi. Sedangkan menara 5G lebih kecil dan akan menjadi MIMO (Multiple Input Multiple Output) dan membawa sekitar seratus port.

Menara-menara 5G ini tingginya sekitar 4 kaki, jauh lebih kecil dibandingkan dengan menara BTS setinggi 90 kaki yang saat ini jamak ditemui. Pemancar 5G akan tersedia dalam jarak 100 meter, dan “antena pintar” ini akan dapat membedakan antara berbagai sinyal yang tercampur di udara, seperti gelombang radio dan sinyal wi-fi, dan mengirimkannya kembali secara teratur sehingga dapat “berbicara”.

Baca Juga :   Starlink, Layanan Internet Milik Elon Musk Sudah Bisa Digunakan di Indonesia, Biaya Awalnya Rp9 Jutaan

Tower 5G jauh berbeda dengan 4G, karena tower seluer generasi ke-5 ini akan tersebar dimana-mana dan jaraknya sangat dengan pemukiman warga. Maka, ketika 5G diimplementasikan, akan ada tower atau gelombang pemancar di setiap jarak lima rumah untuk menyebarkan sinyal 5G. Dan ini sangat berbahaya.

Radiasi elektromagnetik—sebagaimana yang ditimbulkan oleh teknologi 5G—diklasifikasikan menjadi dua jenis: radiasi pengion (onizing radiation) dan radiasi non-pengion (non-ionizing radiation). Klasifikasi ini berdasarkan kemampuan photon tunggal dengan lebih dari 10 eV energi, yang mampu untuk mengionisasi oksigen atau memutus ikatan kimia.

Frekuensi ultraviolet dan lebih tinggi, seperti sinar-X atau sinar gamma yang terionisasi, akan menimbulkan bahaya akibat radiasi elektromagnetik itu sendiri.

Sejauh ini, bahaya radiasi bagi kesehatan yang paling umum adalah terbakar sinar matahari, yang menyebabkan lebih dari satu juta kanker kulit baru setiap tahunnya.

Berbagai strudi pun menemukan bahwa sampai saat ini ada 11 hal yang perlu diperhatikan terkait 5G:

  1. Gelombang 5G Jauh lebih padat dari “Electrosmog”
Baca Juga :   Awas, Kejahatan Digital Kian Marak, Serangan Rampok Maya Makin Nyata

Electrosmog adalah istilah untuk menyebut hubungan antara radiasi elektromagnetik dengan kesehatan. Manusia akan dihujani oleh frekuensi yang sangat tinggi pada intensitas rendah, berjarak dekat—sebagaimana pancaran gelombang 5G—hingga menciptakan frekuensi yang “sangat kental” bagai electrosmog yang lebih padat dan rumit.

Sebagai informasi, agar gelombang MWV bisa bekerja lebih tinggi dalam teknologi 5G, dibutuhkan antena yang lebih kecil. Menurut beberapa ahli, antena yang dibutuhkan hanya sekecil 3 mm x 3 mm. Intensitas rendah ini untuk efisiensi, juga untuk mengatasi gangguan sinyal dari hambatan alami dan atau hambatan buatan manusia, seperti gedung.

  1. Efek pada Kulit

Paparan panjang gelombang 5G juga disebut oleh para peneliti bakal memengaruhi kulit.

Tubuh manusia memiliki antara dua hingga empat juta saluran keringat. Menurut dr. Ben-Ishai dari Hebrew University, Israel, saluran keringat manusia bertindak seperti susunan antena heliks ketika terpapar pada panjang gelombang ini. Artinya, tubuh manusia akan menjadi lebih konduktif.

Sementara itu, sebuah studi di New York baru-baru ini—yang bereksperimen dengan gelombang 60 GHz—menyimpulkan bahwa, “Analisis kedalaman penetrasi menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen daya yang ditransmisikan diserap dalam lapisan epidermis dan dermis pada kulit.”

Baca Juga :   Pesan WhatsApp Terhapus Bisa Balik Lagi

Efek dari MMWs seperti yang dipelajari oleh Dr. Yael Stein dari Hebrew University dikatakan juga menyebabkan rasa sakit pada fisik manusia, ketika nociceptor manusia mulai terkena, karena mengenali gelombang ini sebagai rangsangan yang merusak. Jadi ada kemungkinan bakal banyak penyakit kulit dan kanker serta rasa sakit fisik pada kulit manusia ke depannya, akibat aplikasi program 5G.

Artikel Terkait

Leave a Comment