samudrafakta.com
Gaya Hidup & Budaya

Tradisi Halalbihalal: Digagas dan Dijaga Para Wali, Dilestarikan Ulama Indonesia dari Generasi ke Generasi

Presiden Jokowi berhalalbihalal dengan masyarakat setelah shalat Ied di Gedung Agung, Yogyakarta, pada Idul Fitri tahun 2022. Tradisi halalbihalal merupakan khas Nusantara yang sudah lestari sejak zaman para wali. FOTO: Dok. AFP
JAKARTA—Halalbihalal adalah salah satu tradisi yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia, dalam momen Lebaran atau Idul Fitri. Tradisi asli Nusantara yang telah lestari sejak sekitar abad ke-15 atau zaman Wali Songo.

Secara etimologi, kata “halalbihalal” bisa dikatakan berasal dari bahasa Arab, yang terdiri dari dua kata, yaitu “halal” dan “bihalal”. “Halal” artinya sesuatu yang diizinkan atau diperbolehkan, sedangkan “bihalal” artinya bersih atau suci.

Menurut K.H. Masdar Farid Mas’udi, jika ditinjau dari aspek historis, istilah halalbihalal bisa dianalisis dalam dua hal. Pertama, bermakna thalabu halal bi thariqin halal, yang berarti mencari penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan hubungan dengan cara mengampuni kesalahan.

Kedua, halal yujza’u bi halal, yang artinya pembebasan kesalahan dibalas pula dengan pembebasan kesalahan dengan cara saling memaafkan.

Sementara itu, menurut sejarawan sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah Yogyakarta, Dr. Aguk Irawan, tradisi halalbihalal diperkenalkan oleh Wali Songo sejak abad ke-15.

Para wali, kata Aguk, mengadopsi ritual Darmasunya yang biasa dilakukan pemeluk Kapitayan—agama yang dianut bangsa Nusantara sebelum kedatangan Hindu-Buddha—yang punya tradisi setahun sekali bertemu di tempat lapang untuk saling sunya atau menihilkan kesalahan.

Baca Juga :   Sederet Penyakit yang Perlu Diwaspadai Setelah Lebaran

Menurut Aguk, perihal Wali Songo memperkenalkan halalbihalal di Indonesia bisa disimak pada manuskrip-manuskrip kuno. Misalnya pada Suluk Ibrahim Asmaraqondi, MS KBG 194.

“Suluk ini tersimpan di Museum Sonobudoyo 2 Yogyakarta. Ini naskah abad 16. Ada bab Darmasunya diganti dengan halalbihalal. Selain itu, Ada juga di Babad Cirebon abad 17 versi Pegon,” terang Aguk pada Samudra Fakta, Senin (15/4/2024).

Dalam kitab Babad Tanah Jawi, Aguk menambahkan, terdapat cerita bahwa pada zaman Wali Songo, setelah selesai menunaikan ibadah puasa, mereka akan berkumpul dan saling bersilaturahmi. Selain itu, mereka membahas berbagai masalah yang dihadapi oleh umat Islam saat itu dan mencari solusi bersama.

Artikel Terkait

Leave a Comment