samudrafakta.com
Pendidikan

Bukan “Arus Balik”, tetapi “Arus Milir”

Ilustrasi pemudik yang akan pergi ke kampung halaman dari Jakarta. Foto:Kemenhub
Masyarakat Indonesia terbiasa menggunakan istilah “arus balik” untuk menggambarkan peristiwa kembalinya masyarakat dari kampung menuju wilayah urban pasca-Lebaran. Istilah yang sebenarnya kurang tepat. Lebih pasnya adalah “arus milir”.

Perjalanan mudik Lebaran 2024  sudah usai. Para pekerja swasta dan negeri sudah mulai kembali ke kota, khususnya Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Mereka meninggalkan udik, desa, dan kampung halamannya untuk kembali merantau, bekerja, mencari uang di kota. Ada yang masuk Selasa, 16 April 2024, bahkan ada yang sudah bekerja pada Senin, 15 April 2024.

Setelah arus mudik mereda bersamaan dengan berlangsungnya hari raya Lebaran 2024, persiapan lain pun dimulai. Arus “balik” segera terjadi.

Arus “balik”? Bukankah sebenarnya justru mudik itulah yang merupakan arus balik? Ketika menjelang Lebaran, kembalilah mereka ke kampung halaman masing-masing. Mereka balik ke kampung, bersilaturahmi dengan bapak dan ibu, keluarga besar, dan kawan-kawan bermain. Bukankah mudik adalah arus balik dari mereka yang terlibat dalam urbanisasi?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terdapat lema berbunyi “milir”. Keterangan pertama disebut sebagai “menghilir”. Keterangan kedua disebut sebagai “pergi mencari nafkah (sebagai kusir delman, penarik becak, dan sebagainya)”.

Baca Juga :   Pemerintah Tetapkan Idul Fitri 1444 H Jatuh pada Sabtu, 22 April 2023

Frasa “dan sebagainya” dalam KBBI di atas, tentu bisa untuk mewakili berbagai pekerjaan yang digeluti oleh orang-orang yang asalnya dari begitu banyak desa dan kota di seluruh Jawa, yang kemudian menjadi bagian arus pemudik tiap-tiap Lebaran.

Para pemudik itu adalah mereka, para pekerja, yang datang dari berbagai udik. Dalam KBBI, keterangan kedua dari lema “udik” adalah desa; dusun; kampung (lawan kota). Para pemudik itu sedang balik ke kampung masing-masing. Itulah sebabnya, mestinya, mudik itulah yang disebut arus balik. Bukankah begitu?

Kata milir, disebut-sebut, akrab di kalangan Betawi tempo dulu. Makanya dalam kamus itu ada ketengan “sebagai kusir delman” dan “penarik becak”, yang boleh jadi adalah pekerjaan yang mencolok yang harus ke kota ketika itu. Para kusir delman dan tukang becak itu pergi ke kota untuk mencari rezeki sebelum akhirnya “mudik” ke rumah mereka di udik, alias desa-desa di seputar Jakarta.

Artikel Terkait

Leave a Comment