samudrafakta.com
Bedah Fakta

Si Jenius R.M.P. Sosrokartono [2]: Cucu Kiai Tasawuf dari Teluk Awur, Wartawan Agung, dan Santri Kiai Jombang

Raden Mas Panji Sosrokartono adalah seorang santri yang memiliki pemikiran cemerlang. FOTO: Buku “R.M.P. Sosrokartono: Sebuah Biografi” (1987))
Raden Mas Panji (R.M.P.) Sosrokartono adalah sosok yang cerdas, baik secara intelektual maupun spiritual. Cucu seorang kiai tasawuf yang banyak belajar kepada ulama-ulama pesantren.

Sosrokartono lahir di Mayong, Jepara, 27 Rabiul Awal 1297 H/10 April 1877 M ketika ayahnya, R.M. Adipati Ario Sosroningrat, menjabat sebagai wedana di Mayong—kala itu masih berstatus sebagai ibukota Kawedanan. Saat ini Mayong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Jepara.

Ario Sosroningrat adalah putra ketiga R.M.A.A. Tjondronegoro IV, Bupati Demak yang berpikiran progresif dan terbuka. Sementara ibu Sosrokartono, M.A. Ngasirah, merupakan putri pasangan K.H. Mudirono dan Ny. Hj. Siti Aminah.

Kiai Mudirono adalah seorang ulama tasawuf yang memimpin sebuah Pondok Pesantren di daerah Telukawur, Jepara, sekaligus pedagang kopra di Pasar Mayong.

Sosrokartono bisa dikatakan memiliki dua garis nasab atau keturunan yang istimewa. Selain bangsawan, ia juga memiliki darah ulama. Menggunakan istilah sekarang, Sosrokartono sejatinya seorang “Gus”, yang merupakan keturunan kiai atau pengasuh pesantren.

Santri Kiai Sholeh Darat

Sosrokartono adalah seorang santri yang tekun.

Baca Juga :   Ada Tiga Cucu Sukarno yang Bertarung di Jatim, Hanya Satu yang Lolos ke Senayan

Perjalanan nyantri Sosrokartono dimulai dengan berguru kepada Kiai Sholeh Darat, Semarang. Menurut Aguk Irawan M.N.—sejarawan sekaligus penulis buku Sosrokartono Novel Biografi RMP. Sosrokartono, Guru Sukarno Inspirator Kartini (2018)—Sosro menjadi santri Kiai Sholeh ketika sekolah di HBS Semarang.

Kiai Soleh Darat adalah pendiri Pesantren Darat, yang berada di pesisir utara Kota Semarang, pada 1871 M/1289 H. Pesantren ini punya jasa besar mendidik dan membesarkan pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) KH. Kiai Hasyim Asy’ari; pendiri Organisasi Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan; ahli ilmu falaq KH. Dahlan Tremas; dan banyak ulama lain yang memiliki peran besar terhadap perjalanan sejarah pesantren serta perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Tiap libur sekolah, Sabtu dan Ahad, Sosro sering menginap di pesantren Kiai Sholeh Darat, sekamar dengan dua santri lainnya, Hasyim Asya’ari dan Ahmad Dahlan.

Raden Ajeng Kartini, adik Sosrokartono, juga tercatat sebagai santri Kiai Sholeh. Di bawah bimbingan Kiai Sholeh, Kartini belajar kitab tafsir dan terjemahan Qur’an Faidhur-Rohman, tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab Pegon, karya Kiai Sholeh sendiri.

Baca Juga :   Sukarno dan Kuliner (2): Giat Kampanye Kuliner Nusantara hingga ‘Nasionalisasi’ Resep Barat

Kitab itu merupakan hadiah dari Kiai Sholeh untuk R.A. Kartini saat menikah dengan R.M. Joyodiningrat, Bupati Rembang. Kartini amat menyukai hadiah tersebut.

“Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikit pun maknanya. Tetapi, sejak hari ini (setelah menerima kitab Faidhur-Rohman), ia (Al-Fatihah) menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya. Sebab Romo Kiai (Sholeh Darat) telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami,” kata Kartini, sebagaimana dicatat Aguk Irawan.

Melalui terjemahan Kiai Sholeh Darat itulah Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya: Orang-orang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya (QS. Al-Baqarah: 257). Kitab ini pula yang menjadi dasar buku Habis Gelap Terbitlah Terang, bukannya dari sekumpulan surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, seorang perempuan Belanda yang menjadi sahabat pena Kartini sebelum ia menikah.

Menurut Amien Ridwan, pegiat sejarah dan budaya Jepara yang tinggal di Surodadi, Kedung, Jepara—sebagaimana dikutip suarabaru.id pada Senin, 22 April 2024—selain berguru kepada Kiai Sholeh Darat, Sosrokartono dan adik-adiknya juga mengaji kepada Kiai Abdul Qodir di daerah Saripan, Jepara. Kadang juga mengaji di Masjid Astana Mantingan—yang merupakan peninggalan Ratu Kalinyamat, pahlawan nasional perempuan pemberani dari Jepara.

Baca Juga :   Prabowo Subianto Pernah Menerima Penghargaan "Bintang Soekarno" pada 2018, Diingatkan Supaya Tidak Menjadi Antek Asing dan Gemar Menumpuk Utang

Artikel Terkait

Leave a Comment