samudrafakta.com
Bedah Fakta

Dosa Besar Snouck Hurgronje: Menghancurkan Keluhuran Islam Nusantara dan Membuka “Pintu” untuk Kaum Puritan

Snouck Hurgronje dinilai sebagai "intelektual yang mencerahkan" oleh sebagian orang Indonesia. Padahal, dia memiliki peran besar dalam mencerabut akar sejarah dan keluruhan bangsa Indonesia, terutama umat Islam. FOTO: ISTIMEWA
Snouck Hurgronje dipandang sebagai “intelektual” yang punya “jasa besar” dalam “mencerahkan” pemikiran keislaman di Indonesia oleh sebagian orang. Pesepsi yang ironis. Pasalnya, banyak studi—yang sayangnya jarang terpublikasi—memverifikasi bahwa dia justru telah mencerabut akar sejarah bangsa Nusantara, terutama dalam hal beragama. Dosa besar yang menyebabkan kekacauan kehidupan spirtitual dan melemahkan bangsa ini.

Juri Lina, dalam bukunya, Architect of Deception: Secret Story of Freemasonry, menulis: “Ada tiga cara melemahkan dan menjajah suatu negeri. Pertama, kaburkan sejarahnya. Kedua, hancurkan bukti-bukti sejarah bangsa itu hingga tidak bisa lagi diteliti dan dibuktikan kebenarannya. Ketiga, putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya, dengan mengatakan jika leluhur mereka itu bodoh dan primitif.”

Juri Lina, penulis buku Architect of Deception: Secret Story of Freemasonry. FOTO: Wikipedia

Sejarawan Ahmad Baso pun mengamini tesis Juri Lina. Dalam buku Islam Pasca-Kolonial (2005), Baso menyebut bahwa pengaburan sejarah merupakan praktik penjajahan pasca-kolonial.

Penjajahan masa kini, menurut Ahmad Baso, tak lagi hadir dalam bentuk koloni fisik. Dia hadir dalam bentuk propaganda narasi-narasi sejarah palsu yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Tujuannya agar masyarakat yang menjadi sasaran propaganda lupa akar sejarahnya, lupa jati dirinya, lalu tunduk pada kekuasaan budaya kapitalisme Barat.

Baca Juga :   Proyek Deislamisasi Snouck Hurgronje [4-Habis]: Memanfaatkan Gelar “Haji” untuk Mengontrol Orang Islam Nusantara

Menurut Baso, fenomena seperti itulah yang terjadi di Indonesia saat ini. Yang menjadi sasaran adalah kaum Muslim Nusantara.

Buku Islam Pasca Kolonial karya sejarawan Ahmad Baso. FOTO: Dok. SF

Praktik seperti inilah yang membuat bangsa Nusantara, dan mayoritas negeri-negeri di Asia dan Afrika, kehilangan konektivitas dengan masa lalu. Pasalnya, hampir semua jejak peradaban masa dulu di negara-negara tersebut menghilang—yang kemungkinan besar sengaja dihilangkan.

Yang tersisa hanya segelintir artefak—bekas-bekas candi misalnya—yang mana semua itu seringkali sulit diidentifikasi. Pasalnya, desain aslinya, yang bisa menjadi bukti paling otentik yang menceritakan fakta-fakta masa lalu, kerap menghilang tak jelas rimbanya.

Walhasil, sisa-sisa jejak historis itu tak mampu menggambarkan secara utuh bagaimana megahnya masa lampau negeri-negeri tersebut. Kisah asli leluhur Nusantara, atau leluhur sebagian besar Asia dan Afrika, akhirnya dianggap sebagai peradaban primitif, karena diklaim oleh Barat tidak memiliki jejak peninggalan peradaban yang maju di masa lampau.

Keturunan bangsa-bangsa Asia dan Afrika—termasuk Nusantara—pun tak lagi terhubung dengan leluhurnya. Mereka limbung. Hingga akhirnya mereka memilih “berbaiat” atau terhubung dengan leluhur bangsa lain yang sebenarnya sama sekali asing bagi peradabannya sendiri.

Baca Juga :   Proyek Deislamisasi Snouck Hurgronje [2]: Menggagas Sekolah Modern untuk Menjauhkan Masyarakat Nusantara dari Islam

Artikel Terkait

Leave a Comment