samudrafakta.com
Bedah Fakta

Proyek Deislamisasi Snouck Hurgronje [1]: Dimulai dari Mengaburkan Sejarah Masuknya Islam di Nusantara

Cristiaan Snouck Hurgronje menyusun narasi sejarah yang keliru tentang Islam di Nusantara, sebagai bagian dari proyek deislamisasi kaum kolonialis. FOTO: WIKI COMMON
Snouck Hurgronje mengeluarkan teori bahwa Islam masuk ke Nusantara setelah dibawa oleh orang India Selatan. Teori yang disusun untuk membangun pemahaman bahwa Islam tak punya akar yang kokoh di Nusantara, tidak murni, karena tidak dibawa langsung oleh ‘sumber primernya’, bangsa Arab, dan ‘hanya’ dibawa oleh pendakwah ‘lapis kedua’ dari India.

Teori tersebut dibantah oleh sejarawan asli Nusantara, seperti Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Hamka dan Ahmad Baso, namun tetap didukung dan diacu oleh banyak ilmuwan sosial modern hingga kini. Teori Hamka maupun Baso diabaikan karena dianggap ‘tidak objektif’ atau ‘tidak sesuai kaidah berpikir ilmiah-modern ala Barat’.

Snouck Hurgronje, dalam Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje yang terbit pada tahun 1994, pernah berujar bahwa musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama, melainkan Islam sebagai doktrin politik.

Islam, dalam pandangan Snouck—juga kaum kolonial maupun orientalis lainnya—dipandang sebagai kekuatan politik. Sementara kekuatan narasi politik tak lepas dari narasi sejarah.

Mengutip penulis dari Republik Ceko, Milan Kundera, untuk menghancurkan kebesaran sebuah bangsa, maka hal paling utama yang perlu dilakukan adalah menghancurkan sejarahnya. Maka dari itu, untuk melemahkan Islam, perlu ada upaya untuk menjauhkan pemeluk agama ini dari kebesaran sejarahnya di Nusantara masa lalu.

Baca Juga :   Proyek Deislamisasi Snouck Hurgronje [3]: Menghapus Aksara Jawa dan Pegon hingga Obral Gelar untuk Elite Pribumi

Dalam misi penghancuran tersebut, Snouck memutarbalikkan fakta historis terkait kehadiran Islam di Nusantara. Fakta bahwa Islam datang lebih dulu sebelum kerajaan Hindu dan Buddha berkembang di Nusantara, pun dikacaukannya.

Melalui narasi-narasi ‘akademiknya’, Snouck membangun pemahaman bahwa Islam baru hadir di Nusantara pada abad ke-13 dan menjadi penyebab melemahnya serta runtuhnya Kerajaan Buddha Sriwijaya dan Kerajaan Hindu-Buddha Majapahit.

Snouck mengembangkan teori bahwa Islam di Nusantara berasal dari Anak Benua India—atau yang banyak dikenal dengan nama Gujarat. Dalam buku Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje, terbit pada tahun 1994, Snouck menulis, “Islam seperti yang sudah diterima orang Indonesia sudah mengalami proses penyesuaian dengan agama Hindu, sehingga di Sumatera dan di Jawa lebih mudah baginya (Islam) untuk kembali menyesuaikan dirinya dengan Hinduisme yang sudah kehilangan kemurnian dan sifat-sifat aslinya.”

Snouck beranggapan bahwa Islam yang ada di Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Malabar dan Coromandel, dua kota di India Selatan atau Gujarat. Islam yang kata dia sudah bersinkretis dengan agama lain, bukan Islam murni. Dan menurut Snouck, motif utama kedatangan Islam ke Nusantara bukanlah untuk syiar agama, melainkan motif ekonomi, yaitu berdagang.

Baca Juga :   Dosa Besar Snouck Hurgronje: Menghancurkan Keluhuran Islam Nusantara dan Membuka “Pintu” untuk Kaum Puritan

Penduduk dari Gujarat, dalam teori Snouck, bertindak sebagai perantara dagang antara negeri-negeri Islam dengan penduduk Nusantara. Selanjutnya, menurut Snouck, sejumlah besar orang dari India Selatan menetap di kota-kota pelabuhan di kepulauan Nusantara untuk menyemaikan benih-benih Islam.

Baru setelah orang-orang dari India itu menetap, kata Snouck, datanglah orang-orang Arab yang melanjutkan Islamisasi di Indonesia.

Artikel Terkait

Leave a Comment