YOGYAKARTA—Penyair ternama Philipus Joko Pinurbo atau biasa disapa Jokpin meninggal dunia hari ini, Sabtu (27/4/2024). Penyair dengan gaya puisi yang unik, beda dengan penyair kebanyakan.
Karya Jokpin mengungkap apa-apa yang banyak dirasakan masyarakat, tetapi tak disadari. Kadangkala Jokpin, dalam puisi-puisinya itu, menampar karena bidikannya begitu tepat.
Seperti puisinya Wawancara Kerja berikut ini:
Coba sebutkan tiga macam pekerjaan
yang pernah Anda jalani sebelum ini.
- Saya pernah bekerja sebagai
hujan yang bertugas menimbulkan
rasa galau dan sendu di hati
insan-insan romantis yang rajin
merindu melalui puisi dan lagu.
- Setelah itu, saya bekerja sebagai
tong sampah digital yang harus
siaga 24 jam sehari. Saya sering
bingung harus buang sampah
di mana karena semua tempat
pembuangan sampah sudah penuh.
- Terakhir saya bekerja sebagai
kursi anggota dewan yang kerjanya
nyinyir dan ngibul. Saya dipecat
karena beberapa kali membuat
beliau terjungkal di tengah sidang.
Nah, jika Anda diterima di instansi ini,
apa pekerjaan yang paling cocok
bagi Anda dan Anda minta gaji berapa?
Oh, saya ingin sekali bekerja sebagai
nomor rekening yang menampung
kelebihan gaji pimpinan dan karyawan
yang sesungguhnya tidak layak
mereka terima. Saya tidak perlu digaji.
Oke. Terima kasih. Anda memang asyu.
(Jokpin, 2018)
Jokpin juga dikenal lihai memadukan narasi, humor, dan ironi dalam setiap syair-syairnya. Juga mampu menggunakan dan mengolah citraan yang mengacu pada peristiwa dan objek sehari-hari, tapi tidak ‘kacangan’. Jokpin pandai banget bermain kata.
Dalam sebuah wawancara, Jokpin pernah mengatakan nilai-nilai religi banyak melatarbelakangi puisi-puisinya. Persoalan agama juga kerap disentil oleh karyanya.
Salah satunya ialah puisi tentang Kaleng Khong Guan, yang idenya datang dari ulama besar Indonesia, KH. Mustofa Bisri atau Gus Mus.