samudrafakta.com
Internasional

Arab Saudi dan Beberapa Negara Arab Diam-Diam Bela Israel

Ilustrasi "kerja sama" antara Arab Saudi dan Israel. FOTO: ILUSTRASI
JAKARTA–Sejumlah negara di Timur Tengah diduga telah membocorkan informasi intelijen terkait serangan Iran ke Israel. Hal ini disebut-sebut membuat Negeri Zionis lebih waspada dan mempersiapkan pertahanan untuk menghancurkan rudal dari Teheran.

Berdasarkan laporan Wall Street Journal (WSJ), ada 7 negara Teluk yang membagikan informasi ke Amerika Serikat (AS) terkait serangan ini, termasuk di antaranya adalah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab UEA.

“Beberapa negara Teluk memberikan informasi penting yang merupakan kunci keberhasilan langkah-langkah pertahanan udara yang hampir seluruhnya menggagalkan serangan besar-besaran tersebut,” kata pejabat Saudi, AS, dan Mesir, kepada WSJ, sebagaimana laporan Times of Israel, Selasa (16/4/2024).

“Kerja sama ini dipelopori oleh AS, yang selama bertahun-tahun berupaya membentuk kemitraan militer informal untuk melawan ancaman dari Iran,” tulis laporan itu.

Selama hari Sabtu (13/4/2024) dan Ahad (2024) pekan lalu, Iran meluncurkan ratusan rudal balistik dan jelajah bersama ratusan drone ke Israel. Pada Ahad pagi, Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang didukung oleh AS dan sekutu lainnya, dapat memastikan bahwa sekitar 99 persen ancaman yang masuk telah berhasil diredam.

Baca Juga :   Jangan Nekad Masuk Mekkah Tanpa Visa Haji pada 2- 20 Juni 2024, Bakal Didenda Rp42, 8 Juta

Serangan ke Israel terjadi setelah Teheran bersumpah untuk membalas dendam untuk tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam, termasuk dua jenderal, yang tewas dalam dugaan serangan udara Israel terhadap konsulatnya di Damaskus 1 April lalu.

Laporan ini untuk pertama kalinya mengungkapkan ruang lingkup kegiatan bersama yang mencakup negara-negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

“Peran penuh yang dimainkan oleh Arab Saudi dan pemerintahan penting Arab lainnya masih dirahasiakan,” tulis laporan tersebut.

“Setelah serangan tanggal 1 April dan ancaman balasan dari Iran, para pejabat AS mulai mendesak pemerintah negara-negara Arab untuk memberikan informasi intelijen mengenai rencana balas dendam Iran dan meminta bantuan untuk mencegah serangan tersebut,” timpal para pejabat Saudi dan Mesir kepada WSJ.

Awalnya, beberapa negara Arab ragu-ragu karena khawatir bahwa dengan membantu Israel mereka akan terlibat konflik langsung dengan Iran atau menghadapi pembalasan. Selain itu, beberapa pihak merasa khawatir karena dianggap membantu Israel di tengah perang melawan Hamas di Jalur Gaza

Baca Juga :   10 Negara Ini Menolak Gencatan Senjata Israel-Hamas

“Namun, pada akhirnya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab setuju untuk menyampaikan informasi secara pribadi, sementara Yordania setuju untuk membiarkan AS dan pesawat tempur negara lain menggunakan wilayah udaranya. Yordania juga mengatakan akan menggunakan jetnya sendiri untuk mencegat rudal dan drone,” lanjut pejabat Saudi tersebut.

Laporan tersebut menambahkan bahwa dua hari sebelum serangan, para pejabat Iran memberi tahu Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya tentang profil respons yang mereka rencanakan terhadap Israel. Ini untuk memberikan waktu agar negara-negara tersebut dapat mengamankan wilayah udara mereka sendiri.

“Tantangannya adalah untuk menyatukan semua negara tersebut dengan Israel meskipun negara tersebut terisolasi secara regional. Itu adalah masalah diplomatik.”

Reaksi Suriah dan Kolombia

Sementara itu, Presiden Kolombia Gustavo Petro meminta agar PBB “segera bertemu” dan “segera berkomitmen terhadap perdamaian.”

“Itu sudah bisa ditebak; kita sekarang berada di awal Perang Dunia III, tepatnya ketika umat manusia harus membangun kembali perekonomiannya menuju tujuan dekarbonisasi yang cepat,” kata Petro.

Baca Juga :   Arab Saudi Tetapkan 1 Syawal 1445 H Jatuh pada Rabu 10 April 2024

“Dukungan AS, yang dalam praktiknya, terhadap genosida, telah memicu kemarahan dunia. Semua orang tahu bagaimana perang dimulai, tidak ada yang tahu bagaimana berakhirnya,” demikian pernyataan Petro, dikutip dari CNBC Indonesia (16/4).

Sedangkan Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan kepada rekannya dari Iran melalui panggilan telepon bahwa “tanggapan Iran… adalah hak yang sah untuk membela diri,” menurut kantor berita negara SANA (15/4/2024).■

Artikel Terkait

Leave a Comment