Sunan Bonang adalah seorang pembaharu budaya di Tanah Jawa. Pendekatan asimilatif diterapkannya. Warisan gagasannya, yang mensenyawakan kearifan lokal dengan nilai-nilai keislaman, masih diterapkan sebagian besar Muslim di Indonesia.
Ketika mulai berdakwah di Demak—setelah dakwah yang penuh resistensi di Kediri—Sunan Bonang berhadapan dengan penganut agama Kapitayan. Menurut Sunan Bonang, penganut Kapitayan itu sebenarnya adalah orang Islam yang belum baca syahadat, belum khitan, dan belum mengenal Al-Qur’an. Wali Songo lah yang bertugas mensyahadatkan orang-orang itu, mengajak mereka supaya khitan dan mengenal Al-Qur’an.
Ketika Sunan Bonang diangkat menjadi Imam Masjid Demak, dia langsung mengadakan upacara pensyahadatan massal dengan sasaran utama penganut Kapitayan.
Orang-orang Kapitayan dibuatkan tumpeng besar dan diarak dari keraton menuju Masjid Demak. Sesampai masjid, Sunan Bonang naik ke atas panggung, kemudian memimpin sekian banyak manusia itu bersama-sama membaca dua kalimat syahadat. Upacara itu disebut syahadatain. Berhubung lidah Jawa tidak bisa mengucapkan “syahadatain”, pengucapannya berubah menjadi “sekaten”. Ritual dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu saat peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw., atau Grebeg Maulud, dan ketika peringatan 1 Muharam atau Grebeg Suro.
Selain piawai berdakwah dan menguasai bidang keagamaan, Sunan Bonang juga menguasai seni, sastra, arsitektur, dan berbagai ilmu kedigdayaan dan kanuragan. Menurut Handrito, dalam buku Sunan Bonang: Seniman Yang Berdakwah, Sunan Bonang adalah Wali Songo yang mempunyai cita rasa seni sangat tinggi. Dia berhasil membuat orang-orang suka dengan pertunjukan seninya.
Sunan Bonang berhasil menggubah musik gamelan Jawa dengan memasukan instrumen baru di dalamnya, seperti rebab Arab dan kempul Champa—yang kemudian disebut bonang. Bonang adalah alat musik pukul berbahan kuningan, yang bagian tengahnya menonjol, mirip gong berukuran kecil. Ketika benjolannya dipukul dengan kayu lunak, timbul suara merdu. Nama bonang untuk alat musik tersebut diambil dari nama kediaman Sunan Bonang ketika di Demak, yaitu Desa Bonang.





