samudrafakta.com

Syekh Datuk Kahfi: Ulama Satu Angkatan Syekh Quro, Guru Sunan Gunung Jati

Di balik keberhasilan Sunan Gunung Jati mendakwahkan Islam di Tanah Pasundan, Jawa Barat, ada peran besar seorang ulama yang senantiasa membimbingnya. Dialah Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Nurjati, yang dipercaya sebagai guru dari Sunan Gunung Jati. Syekh Nurjati juga mengajarkan agama Islam kepada ibunda Sunan Gunung Jati, Nyi Mas Rarasantang, dan pamannya, Raden Walangsungsang—keduanya merupakan putra Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang Larang.

Jamaknya masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Barat, lebih mengenal Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah daripada Syekh Nurjati. Padahal, sejatinya Syekh Datuk Kahfi atau Nurjati lah ulama yang pertama kali mendakwahkan Islam di wilayah Cirebon.

Raden Hamzaiya, pegiat sejarah Cirebon, mengemukakan bahwa setidaknya ada sembilan sumber lokal yang menceritakan tentang sosok Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Nurjati. Sumber-sumber tersebut, antara lain, naskah-naskah berbentuk prosa, seperti Carita Purwaka Caruban Nagari, Babad Tanah Sunda, dan Sejarah Cirebon; dan naskah berbentuk tembang, seperti Carub Kanda, Babad Cerbon (terbitan S.Z. Hadisutjipto), Wawacan Sunan Gunung Jati, Naskah Mertasinga, Naskah Kuningan, dan Naskah Pulasaren. Dari sekian banyak naskah, hanya naskah Babad Cirebon terbitan Brandes saja yang tidak memuat Syekh Nurjati. Sedangkan naskah tertua yang menulis tentang Syekh Nurjati dibuat oleh Arya Cerbon pada tahun 1706 M.

Baca Juga :   Ario Abdillah, Ahli Mesiu Majapahit Penyebar Islam di Palembang

Guru besar ilmu sosiologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Prof. Dr. Abdullah Ali, menerangkan, ada beberapa versi sejarah yang menyebutkan waktu kedatangan Islam ke Indonesia. Ada yang menyebut Islam masuk pada abad ke-7, ada juga yang menyimpulkan masuk pada abad ke-13. Abdullah Ali sendiri mengamini bahwa Islam sudah masuk ke Nusantara sejak abad ke-7.

Bukti bahwa Islam sudah masuk Nusantara sejak abad ke-7, menurut Abdullah Ali, ditandai dengan ditemukannya makam penganut Islam maupun tradisi-tradisi Islam yang bertanda masa abad tersebut, seperti penggunaan sarung pada kaum laki-laki. Sementara itu, pada masa Hindu dan Buddha, kaum laki-laki biasa menggunakan celana komprang sebatas lutut.

Bukti lain terkait keberadaan Islam sebelum abad ke-13 adalah adanya tradisi pesantren yang dikembangkan jauh sebelum masa tersebut. Pada sekitar abad ke-13-14 M, di bumi Pasundan, Jawa Barat, telah berdiri dua pondok pesantren besar di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, yaitu pondok pesantren yang dipimpin Syekh Quro di Pulo Klapa Telagasari, Kabupaten Karawang, dan pondok pesantren yang dipimpin Syekh Nurjati di Pesambangan, Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.

Baca Juga :   Puasa adalah Tradisi Asli Nusantara yang Disempurnakan oleh Islam

Prof. Didin Nurul Rosidin, Guru Besar Sejarah Peradaban Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon, dalam Syekh Nurjati : Islamisasi Pra-Walisongo Di Cirebon Abad Ke-15, menjelaskan jika Cirebon tercatat sebagai salah satu pusat gerakan Islamisasi di Nusantara bagian barat Pulau Jawa. Yang menjadi sosok sentral gerakan adalah Sunan Gunung Jati. Namun, studi yang lebih serius menemukan keberadaan beberapa sosok peletak dakwah Islam di wilayah ini sebelum Sunan Gunung Jati, antara lain Syekh Datuk Kahfi, Haji Purwa, dan Pangeran Cakrabuana. Beberapa riwayat lokal menyatakan jika Syekh Datuk Kahfi merupakan guru Sunan Gunung Jati. Syekh Nurjati atau Datuk Kahfi juga memiliki bebera nama alias lain, seperti Syekh Idhofi Mahdi dan Syekh Nurul Jati.

Artikel Terkait

Leave a Comment