samudrafakta.com

Belajar dari Skandal Watergate: Politik Curang yang Berujung Pengunduran Diri Presiden

Skandal Watergate barangkali adalah manipulasi politik terhebat di abad 20. Akibat skandal menjelang Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 1972 itu, Richard Nixon menjadi presiden Amerika pertama—barangkali sejauh ini satu-satunya—yang mengundurkan diri.

Nixon lahir di sebuah kota kecil di California, Amerika Serikat (AS). Dia  memulai karir politik sebagai anggota Kongres Muda.

Nixon merangsek ke kasta politik yang lebih tinggi setelah berhasil tampak menonjol di Partai Republik. Hingga akhirnya Nixon dipilih jadi pendamping Dwight D. Eisenhower yang condong liberal dalam pemilihan presiden tahun 1952.

Namun, keberhasilan Nixon mendapatkan posisi sebagai orang nomor dua di Amerika ketika itu tak lepas dari dugaan skandal. Dia dituding menerima sogokan dari praktisi bisnis kaya raya di California.

Nixon cukup reaktif menanggapi tudingan tersebut. Ia muncul di televisi dan berpidato untuk menyatakan bahwa dirinya tak bersalah. Dalam pidatonya, Nixon berusaha meyakinkan publik bahwa dia bukan tipe orang yang “ke sana ke mari suka mengenakan jubah bulu yang mahal”. Istrinya, Pat, kata Nixon, pun hanya mengenakan setelan kain model kuno.

Baca Juga :   Gagal Manfaatkan Popularitas Sandiaga Uno, PPP ‘Catatkan Sejarah’: Untuk Pertama Kalinya Tak Lolos ke Senayan

Pemberian satu-satunya yang pernah dia terima, katanya, adalah seekor anak anjing bernama Checkers. Dan katanya, sial amat kalau harus sampai harus mengembalikan si anak anjing.

Ketika tampil di depan publik itu performa Nixon sangat kinclong. Terkesan bersih. Karena penampilan itu pula dia mendapat julukan dari lawan politiknya sebagai ”Tricky Dicky” atau “si Dicky yang Licin”. Penampilannya di televisi itu disebut pidato Checkers, merujuk pada anak anjing yang diberikan padanya.

Setelah dua masa bakti jadi wapres, Nixon dicalonkan jadi pengganti Eisenhower. Namun, dalam pemilihan tahun 1960, dia kalah tipis dari John F. Kennedy. Nixon menuding kekalahannya itu akibat manipulasi kartu pemilih di distrik-distrik utama.

Pada tahun 1962 dia coba maju dalam kompetisi politik yang kastanya lebih rendah. Dia bertarung dalam pemilihan Gubernur California, daerah asalnya. Tapi dia kalah lagi.

Pada sebuah konferensi pers pascakekalahan dalam pemilihan gubernur, dengan nada sinis dia bicara pada wartawan, ”Selama 16 tahun kalian banyak bersenang-senang. Sekarang, kalian tak punya Nixon lagi untuk kalian tendang ke sana ke mari. Karena, tuan-tuan, inilah konferensi persku yang terakhir”.

Baca Juga :   Komisaris Utama PT KAI Dukung AMIN, Stafsus Erick Thohir Bilang Tidak Masalah 

Setelah pernyataan itu, dia mendapat tendangan keras dari pers, ketika dia dan manajer kampanyenya, Bob Haldeman, didenda karena terbukti melakukan praktik kampanye curang selama pemilihan gubernur.

Setelah itu dia sempat mundur sementara dari panggung politik.

Artikel Terkait

Leave a Comment