samudrafakta.com

Sunan Kalijaga (2): Wali Kreatif yang Mewariskan Tradisi Muslim di Tanah Jawa

Cakupan gerakan dakwah Islam Sunan Kalijaga sangat luas. Dia garap bidang pendidikan anak-anak melalui tembang dan permainan, juga menggarap pendidikan bagi orang dewasa melalui tembang macapatan berisi doa-doa dan cerita wayang yang disesuaikan dengan ajaran Islam.

Sunan Kalijaga juga menjalankan program pelatihan membuat alat-alat pertanian, pelatihan membuat pakaian yang sesuai untuk masyarakat Islam di Jawa, pendidikan politik dan ketatanegaraan yang baik dan benar bagi penguasa, pembentukan nilai-nilai etis kemasyarakatan yang bersumber dari ajaran Islam, dan pendidikan rohani yang bersumber dari ilmu tasawuf.

Sunan Kalijaga termasyhur sebagai juru dakwah yang piawai mendalang sekaligus mengkreasikan bentuk-bentuk dan lakon-lakon pewayangan yang memuat ajaran Islam. Dia mengajarkan tasawuf kepada masyarakat melalui cerita wayang. Di tangan Sunan Kalijaga, wayang kulit menjadi media hiburan, dakwah, pendidikan, dan falsafah hidup.

Dalam Babad Cerbon langgam Kinanthi, Sunan Kalijaga digambarkan memanfaatkan pertunjukan tari topeng, barongan, dan wayang dengan cara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Maka dari itu, dia memiliki banyak nama, sesuai dengan jenis kesenian yang dipentaskannya dalam rangka berdakwah.

Baca Juga :   Kolak, Menu Berbuka Puasa Ciptaan Wali Songo yang Sarat Filosofi

Di daerah Pajajaran, Jawa Barat, Sunan Kalijaga dikenal penduduk dengan nama Ki Dalang Sida Brangti. Di daerah Tegal, dia dikenal sebagai dalang wayang barongan dengan nama Ki Dalang Bengkok. Sedangkan di daerah Purbalingga, Sunan Kalijaga dikenal sebagai dalang wayang topeng dengan nama Ki Dalang Kumendung. Di Majapahit dia dikenal sebagai Ki Unehan.

Menurut Babad Cerbon, selama menjadi dalang dan berkeliling ke berbagai tempat, Sunan Kalijaga kadang menjadi dalang pantun dan dalang wayang. Dia berkeliling dari wilayah Pajajaran di Jawa Barat hingga Majapahit di Jawa Timur. Masyarakat yang ingin nanggap wayang tidak perlu membayar dengan uang, melainkan cukup membaca dua kalimat syahadat. Dengan cara itulah Islam berkembang pesat di wilayah dakwah Sunan Kalijaga.

Di antara berbagai lakon wayang yang ditampilkan Sunan Kalijaga—lazimnya diambil dari epos Ramayana dan Mahabharata—yang paling digemari masyarakat adalah lakon Dewa Ruci. Lakon wayang ini merupakan pengembangan naskah kuno Nawa Ruci.

Lakon Nawa Ruci atau Dewa Ruci mengisahkan perjalanan rohani tokoh Bima mencari kebenaran di bawah bimbingan Bhagawan Drona, hingga akhirnya dia bertemu dengan Dewa Ruci. Sunan Kalijaga sangat mendalam memaparkan kupasan-kupasan rohaniah berdasarkan ajaran tasawuf dalam kisah tersebut. Dalam lakon Dewa Ruci, Sunan Kalijaga sengaja mengilustrasikan Dewa Ruci itu sebagai sosok Khidhir, sedangkan Bima digambarkan mencari ilmu makrifat dan hakikat.

Baca Juga :   Sepatu Bata, Produk Cekoslovakia yang Kerap Dikira Asli Indonesia

Artikel Terkait

Leave a Comment