samudrafakta.com

KH. Wahab Chasbullah (3): Ahli Lobi, Inisiator Pembentukan GP Anshor dan Media NU

KH. Abdul Wahab Chasbullah memiliki kemampuan diplomasi dan lobi untuk mengatasi berbagai persoalan. Dia punya skill berpropaganda melalui media massa. Inisiator lahirnya GP Anshor dan media-media Nahdlatul Ulama (NU).

Soal upaya mempertahankan harga diri bangsa, mungkin Mbah Wahab bisa disebut sebagai salah satu pendekarnya.

Ketika Indonesia masih di bawah cengkeraman Pemerintah Kolonial Belanda, Mbah Wahab pernah berpidato di depan kaum santri: “Wahai, Saudara-saudaraku kaum pesantren, baik yang sudah sepuh, yang disebut Kiai, ataupun yang masih muda-muda, yang dikenal dengan sebutan santri. Jangan sekali-sekali terbersit, apalagi bercita-cita, sebagai ambtenaar(pegawai Belanda—red)!” seru Mbah Wahab.

“Mengapa kiai dan santri tidak boleh jadi ambtenaar?” lanjutnya. “Jawabannya, tiada lain tiada bukan, karena ambtenaaritu singkatan dari antum fin nar (kalian di neraka—red). Tidak usah berhujah susah-susah tentang ambtenaar. Artinya, ya tadi, ‘kalian di neraka’, titik.” Seketika para santri merespons dengan tawa dan tepuk tangan.

Seruan itu disampaikan Mbah Wahab agar tidak ada anak-anak bangsa—terutama kaum santri—yang menghamba kepada penjajah sebagai pegawai mereka. Pesan yang tampaknya sederhana, tetapi membawa semangat untuk mempertahankan harga diri bangsa yang luar biasa.

Baca Juga :   Dosen UGM Tolak Gelar Profesor Kehormatan untuk Pejabat Publik

Saifudin Zuhri, dalam buku Mbah Wahab Chasbullah, Kiai Nasionalis Pendiri NU, menulis, Kiai Wahab Chasbullah adalah orang yang begitu besar pengabdiannya dalam menanamkan kesiapan mental dan batin rakyat Indonesia untuk menjadi suatu bangsa yang punya cita-cita besar. Dia memilih iman, Islam, dan ihsan sebagai landasan pembinaan karakter bangsa.

Mbah Wahab juga ikut aktif berjuang di medan perang. Di masa invasi Belanda, Mbah Wahab muda memobilisasi aksi untuk melawan penjajah. Dia memimpin Barisan Ulama Mujahiddin, bahu-membahu bersama para kiai dan seluruh pasukan lainnya untuk membendung serangan pasukan penjajah.

Mbah Wahab juga menciptakan lagu bertema cinta tanah air, berjudul Syubbanul Wathan. Pesan terpenting lagu ini adalah seruan untuk mencintai bangsa dan negara, karena itu merupakan bagian dari iman.

Melalui lagu tersebut, Mbah Wahab menyebarkan spirit nasionalisme ke dalam diri seluruh warga negara, khususnya warga NU. Ini merupakan aspek fundamental yang harus dipahami dan diamalkan.

Pada masa pendudukan Jepang, Mbah Wahab menjadi Panglima Laskar Hizbullah, yang salah satu tugas utamanya adalah membebaskan KH. Hasyim Asyari dan para ulama dari tahanan Jepang.

Baca Juga :   Bahaya Ancaman Anti-Kompromi di Tubuh PBNU Masa Kini

Ketika Kiai Hasyim dan beberapa ulama NU di seluruh Tanah Air ditahan oleh Jepang, Mbah Wahab berusaha keras melakukan diplomasi. Dia bolak-balik dari Surabaya, Solo, Jakarta, hingga Purwokerto untuk membebaskan para ulama. Usahanya berhasil. Kiai Hasyim bebas, bahkan kemudian dipercaya oleh Jepang sebagai Ketua Shumubu atau Menteri Agama. Mbah Wahab menghadapi Jepang dengan kesabaran dan argumen yang meyakinkan, hingga membuat Jepang percaya kepadanya.

Artikel Terkait

Leave a Comment