samudrafakta.com

Menurut Hasil Survei LSI Pasca-Pemilu, Pemilih Partai Tidak Mesti Memilih Capres yang Diusung

JAKARTA—Menurut hasil survei pasca-Pemilihan Umum (Pemilu) atau post-election survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI), muncul fenomena split ticket voting, di mana pilihan pemilih pada Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 tidak sejalan dengan tatanan koalisi partai politik pengusung Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres).

LSI menyebut survei tersebut dilakukan pada 19-21 Februari 2024. “Kalau dilihat di sini, PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) itu 50 persen memilih Anies, tapi ada sekitar 47 persen mendukung 02,” ujar Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, dalam pernyataannya yang disampaikan secara daring pada Ahad (24/2/2024).

PKB diketahui merupakan salah satu partai pengusung poros perubahan dengan Anies Baswedan sebagai capresnya bersama Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Cawapres yang diusung koalisi ini, Muhaimin Iskandar, adalah Ketua Umum PKB.

Nasib PKB sendiri berbeda pada Pilpres dan Pileg. Pada Pilpres 2024, menurut hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, Anies-Muhaimin diprediksi kalah satu putaran dengan hanya meraup 24-26 persen suara, di bawah Prabowo-Gibran yang diperkirakan mendapatkan 57-59 persen suara. Namun, dalam Pileg 2024, PKB optimistis jumlah perolehan kursi mereka di Senayan meningkat signifikan. Bahkan, di Jawa Timur, PKB diperkirakan menggusur dominasi PDIP.

Baca Juga :   Tenang, Tenang, Tenang! Jika Caleg Hingga Timses Mengalami Stress, Ini Terapinya

Djayadi menambahkan, split ticket voting pun terjadi pada Partai Nasdem yang sudah mendeklarasikan Anies sebagai capres sejak 2022. Survei LSI memperlihatkan hanya 42,6 persen pemilih Nasdem mencoblos Anies-Muhaimin. Sementara 53 persen lebih justru menjatuhkan pilihan kepada Prabowo-Gibran.

Partai Ummat yang juga mendukung Anies-Muhaimin lebih parah. Hanya lima persen responden LSI yang memilih Partai Ummat mencoblos Anies-Muhaimin. Sedangkan 94,5 persen lainnya mendukung Prabowo-Gibran.

Konsistensi hanya terlihat pada PKS. Pemilih partai ini, yang juga mencoblos Anies-Muhaimin, tembus 86,4 persen.

Situasi di Koalisi Perubahan cukup kontras dengan situasi di Koalisi Indonesia Maju. Partai-partai politik pengusung Prabowo-Gibran cenderung solid. Pemilih Partai Gerindra yang mencoblos Prabowo-Gibran tembus 92,4 persen, Golkar 68,8 persen, Partai Amanat Nasional (PAN) 79,2 persen, Demokrat 72,1 persen, serta Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 64,4 persen, dan Partai Bulan Bintang (PBB) 100 persen.

Split ticket voting juga terhadi pada koalisi pengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Menurut hasil survei LSI, terdapat 34,8 persen pemilih PDI-P dan 74,4 persen pemilih Perindo mencoblos Prabowo-Gibran. Sementara itu, pemilih Partai Hanura dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang mencoblos Ganjar-Mahfud masing-masing hanya 29,4 dan 42,3 persen.

Baca Juga :   Suam-Suam Hak Angket Pasca-Putusan MK: PKB Masih Berharap, PKS Lihat Kondisi, Nasdem Nilai Sudah Tidak ‘Update’

LSI menyebutkan target populasi survei ini adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon/ponsel. Jumlahnya sekitar 83 persen dari total populasi nasional.

Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD) atau teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Dengan teknik ini, LSI mewawancari 1.211 responden—yang dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.

Margin of error survei diperkirakan lebih kurang 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling. LSI mengklaim bahwa wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.*

Artikel Terkait

Leave a Comment