Jika Anda sering mengoperasikan media sosial, aplikasi percakapan, surat elektronik, dan berselancar di mesin pencari sekaligus, mungkin nasihat dari seorang peneliti kejiwaan, Dr. David W. Goodman, ini perlu Anda dengarkan; ”Terlalu sering mengoperasikan sistem multitasking (menjalankan beberapa program dalam gawai secara bersamaan) akan sangat merugikan Anda”.
Sebuah penelitian di Adult Attention Deficit Disorder Centre di Maryland, Baltimore, Amerika Serikat, pada tahun 2009 membuktikan itu: bahwa kebiasaan ber-multitasking sangat merugikan kita. Lembaga yang dipimpin Dr. Goodman tersebut meneliti bagaimana orang mendapatkan literatur untuk pengetahuan dan bagaimana mereka mengaplikasikannya dalam hidup. Lalu disimpulkanlah penemuan yang mengejutkan; respons orang yang terlalu gemar ber-multitasking lebih lambat, kehidupan sosialnya kurang sehat, dan sering dilanda kebingungan.
Sampel penelitian itu adalah sekitar 262 mahasiswa Universitas Maryland. Semua mahasiswa itu gemar ber-multitasking. Mereka ”diadu” dengan 5 orang yang tak pernah ber-multitasking. Dilakukanlah test tertulis dan wawancara tentang sebuah topik terhadap kedua kubu itu. Dari situlah terbukti bahwa respon ke-262 mahasiswa itu sangat lambat. Ketika 5 orang non-multitasking hanya perlu waktu 1,5 detik untuk menjawab satu soal, para mahasiswa itu perlu waktu antara 1 sampai 3 menit!
Menurut Goodman, itu terjadi karena mahasiswa kebingungan menjawab soal yang sebenarnya sederhana dan lekat dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, pertanyaan, “Apa menu sarapan Anda dan kenapa memilih itu?” Mereka yang jarang ber-multitasking bisa menjawab cepat, sementara para mahasiswa kebingungan. Hal tersebut disebabkan karena terlalu banyak literatur sepenggal-sepenggal yang dicerap otak mereka selama ber-multitasking.
Informasi sepenggal-sepenggal yang diterima secara terus menerus itu tidak memberikan kesempatan pada audiens untuk memahaminya. Sebab, ketika informasi yang lebih dulu datang belum dipahami, datang informasi baru secara beruntun. Akhirnya terjadilah tumpang tindih dalam memori, yang mengakibatkan kacaunya sistem short-therm memory—tempat di mana sebuah informasi transit sebelum dikelola menjadi sebuah pemahaman.





