samudrafakta.com

Ario Abdillah, Ahli Mesiu Majapahit Penyebar Islam di Palembang

Ario Abdillah dikenal luas dalam naskah sejarah sebagai nenek moyang dari raja-raja Palembang. Namanya tercatat di banyak naskah kuno Nusantara dan Tiongkok, namun sama sekali tak disinggung dalam naskah sejarah Melayu.

Ario Abdillah adalah Adipati Palembang pertama setelah kota itu jatuh dalam kekacauan akibat pemberontakan, hinggakemudian dikuasai bajak laut China di bawah pimpinan Liang Tau Ming, Cheng Po-ko, Chen Tsui, dan Shi Chin Ching. Pemimpin legendaris ini berkuasa di Palembang pada pertengahan abad ke-15 M. Dia hidup pada era transisi, ketika kerajaan Majapahit mulai runtuh dan pengaruh Islam di Nusantara mulai bangkit.

Ario Abdillah adalah putra Maharaja Majapahit Brawijaya V yang berkuasa pada 1447-1451 M. Dia lahir dengan nama Ki Dilah atau Ario Damar. Babad Tanah Jawi mencatat bahwa Ki Dilah adalah putra Prabu Brawijaya V dengan seorangputri pengikut Denawa—istilah yang digunakan orang Jawa untuk menyebut penganut ajaran Syiwa-Buddha aliran Bhairawatantra—bernama Endang Sasmitapura.

Sewaktu masih dalam keadaan hamil, Endang Sasmitapura diusir dari keraton. Ki Dilah akhirnya lahir di hutan Wonosalam yang berada di selatan ibu kota Majapahit—di mana area ini sekarang termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Jombang yang berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto. Ki Dilah kemudian diasuh oleh uwaknya, Ki Kumbarawa, yang mengajarinya berbagai macam ilmu kesaktian.

Baca Juga :   Napak Tilas Gajah Mada, Tekad Pomad Menjaga Komitmen Akad

Terlepas dari konflik internal keluarganya, Brawijaya V—sebagaimana tercatat dalam Babad Tanah Jawa—adalah RajaMajapahit yang paling besar menaruh perhatian pada perkembangan Islam. Perhatian raja ini kemudian menjadi faktor determinan yang mendukung penyebaran Islam dengan cepat di Nusantara.

Tren penyebaran agama Islam di era Brawijaya V berbeda dengan iklim yang muncul di era penguasa sebelum dia, di mana Islam menyebar secara kultural tanpa dukungan politik dari pemerintah. Sedangkan pada era pemerintahan Brawijaya V, kaum Muslimin tidak hanya memperoleh ruang dakwah yang luas, tetapi juga diperkenankan mengisi sejumlah jabatan penting di pemerintahan. Tak ayal, tokoh-tokoh Islam era ini tidak hanya memiliki pengaruh secara sosial-budaya, tapi juga pengaruh politik.

Artikel Terkait

Leave a Comment