samudrafakta.com

Akrobat Kampanye Capres-Cawapres: Hiburan Palsu untuk ‘Menipu’ Gen Z?

Tim sukses pasangan calon presiden dan wakilnya (capres-cawapres) menggerojokkan miliaran rupiah untuk belanja iklan di media sosial, demi mengampanyekan pencitraan absurd semacam intelektual yang bersedih, selepetan sarung, gemoy, dan fans boyband Korea Selatan. Citra yang dinilai meninabobokan pemilih muda.  

Menurut data Meta Ad Library report, selama tiga bulan terakhir akun Facebook resmi Prabowo Subianto dan akun-akun relawannya telah menghabiskan bujet hingga Rp2,27 miliar untuk beriklan lewat Meta. Sementara akun-akun pendukung Anies Baswedan menggelontorkan Rp1,05 miliar; sedangkan relawan-relawan pendukung Ganjar Pranowo membelanjakan Rp847 juta.

 

 

Berbekal modal sebejibun itu, para tim sukses mendorong jagoan mereka ‘manggung’ di media sosial (medsos) untuk mementaskan akrobat pencitraan yang sangat absurd versi masing-masing. Ada citra intelektual yang aneh dan selepetan sarung di kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar; citra gemoy pada Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka; dan salam tiga jari ala Hunger Games Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Anak-anak muda yang lahap medsos dibanjirbandangi pentas-pentas semacam itu. Gak bahaya ta?

Intelektual Kaku dan Main Sarung

Capres nomor urut satu, Anies Baswedan, punya akun TikTok yang isinya cuplikan-cuplikan konten kegiatan sehari-hari dan saat berkampanye. Standar banget. Beberapa video memperlihatkan Anies sedang menjawab pertanyaan atau berpidato di acara publik.

Baca Juga :   Demokrat Dukung Prabowo, SBY Nyatakan Siap “Turun Gunung” 

Namun demikian, ada juga video yang dikemas dengan gaya santai, menggunakan unsur yang sedang populer di aplikasi tersebut. Salah satunya menggunakan audio ‘gwenchana’, yang dibarengi video orang menangis tersedu-sedu. Dalam video tersebut, Anies dan calon wakilnya, Muhaimin Iskandar, berdiri di atas kerumunan massa dan terlihat ceria, namun ‘menahan rasa sakit’.

Selain itu, ada juga unggahan TikTok yang memperlihatkan Anies bermain selepet sarung dengan Muhaimin saat berkunjung ke pesantren. Dalam konten tersebut, Muhaimin menjelaskan “tiga fungsi sarung” dalam dunia santri, sebelum menyelepet Anies sambil tertawa iseng. Video ini paling banyak ditonton.

Selepet sarung ala Muhaimin dan Anies Baswedan. (Tangkapan layar)

Berdasarkan data Meta Ad Library, untuk menampilkan citra-citra seperti itu di medsos, akun-akun yang terafiliasi dengan Anies ataupun Anies-Muhaimin (Amin)—seperti Unboxing Anies, Aksi Tanggap Anies, dan Suara Anies—menghabiskan biaya Rp1,05 miliar. Lumayan.

Namun, menurut Juru bicara Anies Baswedan, Angga Putra Fidrian, akun-akun medsos yang belanja Meta itu bukan dari tim kampanye. Kata dia, itu semua bikinan relawan pendukung Anies.

Baca Juga :   Capres-Cawapres Berebut Suara Kaum Perempuan, Program Siapa Paling Masuk Akal?

“Sejauh ini, tim kampanye belum investasi ke media sosial. Tapi, kami memang mendorong orang-orang,massa organik, untuk munculkan konten sendiri,” katanya.

Angga mengaku, untuk mempromosikan pasangan Anies-Muhaimin, tim kampanye fokus pada media konvensional, seperti papan iklan, baliho, iklan televisi, dan liputan media arus utama.

Pilihan tersebut diambil karena, menurut dia, banyak masyarakat di daerah yang belum terjangkau medsos. Karena itulah, katanya, sesuatu yang viral di media sosial, atau menerima banyak dukungan dari netizen, tidak menjamin kemenangan suara.

“Di tahun 2017, waktu Pak Anies lawan Pak Basuki, pasukan media sosialnya Pak Basuki sangat banyak sekali, tetapi jumlah suaranya juga tidak sebanding dengan itu,” ujar Angga.

Meski demikian, Angga mengakui bahwa medsos penting dipertimbangkan dalam masa kampanye. Hanya saja, katanya, belum menjadi fokus timnya.

Artikel Terkait

Leave a Comment