Menurut penerawangan si Anu, gaduhnya ruang publik akhir-akhir ini—mulai dari isu penjualan pulau, pro-kontra UU KUHP, hingga aksi bom bunuh diri di Markas Polsek Astanaanyar, Kota Bandung—jadi semacam “berkah” untuk Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto. Lha ya jelas to, publik jadi “acuh” sama perkembangan kasusnya yang tidak jelas kapan bakal “end”.
Ismail Bolong katanya belum ketemu. Tapi si Anu kok agak anu ya, soal klaim itu. Kayaknya enggak mungkin si Ismail Bolong bisa gampang ngilang begitu saja. Lha wong Djoko Tjandra saja bisa ketemu, Apeng bisa dipaksa pulang ke Indonesia, masa’ sekelas Ismail Bolong sulit ditangkap sih? Tapi enggak tahu lagi juga kalau dia ternyata satu guru dengan Harun Masiku. Hihihi…
Eh tapi, menurut kabar dari bisikan awan dan hujan untuk si Anu, semuanya memang sengaja disepikan dulu. Setoran tambang, kata awan dan hujan, untuk sementara setop dulu. Biar aman dulu. Biar publik lupa dulu. Biasanya kan begitu ya? Hihihi…
Isu ini kabarnya sengaja diredam dulu sebab bintang-bintang yang lagi perang lagi negosiasi. Kalau deal, ya berarti kubu-kubu yang berseteru bersatu, bahu membahu membikin isu baru, biar publik lupa sama hikayat Ismail Bolong dan geger tambang. Itu kalau deal. Kalau enggak? Kabarnya sih bakal ada perang jalanan. Mirip-mirip perang gangster gitu. Dar-der-dor. Kabarnya sih gitu.
Tapi mudah-mudahan enggak sampai kejadian, deh. Tapi kalau memang kudu kejadian, semoga itu yang terbaik. Mungkin hanya itu satu-satunya cara memurnikan kembali institusi seperti yang dimaksud Pak Kapolri—karena hukum sudah tak lagi menjadi supremasi.(Si Anu)





