samudrafakta.com

Selusin Seni dan Tradisi Jatim Ditetapkan Sebagai WBTb Nasional

SURABAYA | SAMUDRA FAKTA – Tim Ahli Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) telah menetapkan 12 seni dan tradisi budaya Jawa Timur (Jatim) sebagai WBTb. Penetapan ini menambah deretan budaya asli Jatim yang terdaftar sebagai WBTb Nasional.

Mengutip situs resmi Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur, 12 karya budaya ini hasil usulan dan presentasi Disbudpar bersama para maestro dan akademisi. Dengan ditetapkannya 12 karya budaya ini, maka total 99 budaya Jatim masuk dalam WBTb Nasional. Lantas, budaya apa saja yang baru saja ditetapkan WBTb?

1. Jaranan Pegon (Tulungangung)

Tulungagung dikenal kaya akan kesenian, salah satunya jaranan. Kesenian jaranan telah lama berkembang secara turun-temurun. Tulungagung memiliki beberapa jenis jaranan, di antaranya Jaranan Jawa, Jaranan Pegon, JarananSentherewe, dan JarananCampursari.

Jaranan Pegon merupakan wujud akulturasi budaya antara kesenian jaranan dengan wayang orang yang gerakannya mengadopsi gerakan wayang orang. Jaranan ini kerap ditampilkan dalam ritual nadzar yang diadakan masyarakat Tulungagung.

Misalnya, jika seseorang bernadzar ingin sembuh dari sakitnya, kemudian mengundang Jaranan Pegon. Saat melakukan ritual nadzar ada yang dinamakan ‘ndhudhut kupar luwar’, yaitu ketika Jaranan Pegon ‘mengeluwari’ nadzar orang tersebut. Hajatan nadzar yang menampilkan Jaranan Pegon secara tidak langsung memberikan ruang bagi keberlangsungan upaya pelestarian kesenian ini.

2. Jaran Jenggo (Lamongan)

Jaran Jenggo merupakan salah satu kebudayaan dari Lamongan, tepatnya dari Kecamatan Solokuro, berupa arak-arakan perayaan menggunakan kuda. Biasanya, perayaan tersebut dilaksanakan untuk anak laki-laki yang sudah dikhitan dengan diiringi selawatan dan musik dari rebana.

Kesenian Jaran Jenggo juga dikenal dengan kesenian kuda yang dilatih pelatih kuda, di mana seorang jenggo melatih kudanya untuk melakukan berbagai keterampilan. Beberapa keterampilan yang biasanya dilatihkan dan ditampilkan, di antaranya manggut-manggut.

Kuda mengangguk-anggukkan kepala, bersujud untuk menyampaikan salam hormat pada pengantin/pejabat, tidur bersama-sama pawang kuda, berdiri dengan kaki kuda belakang, berjoget, dan lain-lain. Dalam setiap penampilannya, kesenian ini selalu dilengkapi berbagai macam aksesori seperti pakaian kebesaran kuda, payung agung puspito utomo, keris yoso yuwono, diiringi musik tradisional atau islami.

3. Tari Ngremo Surabayan (Surabaya)

Tari Remo Surabayan tentu mempunyai makna tersendiri pada setiap gerakannya. Tari Remo merupakan tari tradisional yang berasal dari Jawa Timur, dan oleh masyarakat setempat disebut sebagai Ngremo.

Baca Juga :   Transformasi Makna “Bajingan”: Asalnya Bermakna Mulia, Bermuara pada Umpatan

Tari Remo menceritakan perjuangan seorang pangeran dalam medan pertempuran. Oleh sebab itu, pada awal dikenalkannya, tari Remo dimainkan pemain pria. Perkembangan tarian Remo saat ini menyebabkan tarian ini bisa ditarikan pemain perempuan. Hanya saja gerakan dan busana tari Remo putri mengalami sedikit pergeseran dan tidak sama persis dengan aslinya.

Saat ini tari ini tidak hanya digunakan sebagai pembuka ludruk, tetapi juga kerap digunakan sebagai sambutan tamu kenegaraan, upacara-upacara kenegaraan, serta festival kesenian daerah. Karakteristik tari Remo adalah gerakan kaki penari yang rancak dan dinamis. Lonceng-lonceng dipasangkan pada pergelangan kaki penari yang akan berbunyi setiap pemain melangkah atau menghentakkan kaki.

4. Tari Beskalan (Malang)

Malang memiliki kesenian khas yang jarang ditampilkan di depan umum, namun menjadi tetenger khas Malang, yaitu tari Beskalan. Tari ini berasal dari kata Bakalan yang berarti pengamen yang pada masa lalu dipertunjukkan di jalanan. Awal mulanya kesenian ini dibawakan laki-laki yang memakai baju perempuan, namun saat ini tarian ini banyak ditarikan perempuan.

Pada dasarnya gerakan Beskalan Putri Malangan serupa dengan Ngremo, lincah dan dinamis, namun lebih feminin dikarenakan pencitraan tari yang merupakan tarian perempuan. Dulu Beskalan diiringi dengan alat musik sederhana, termasuk jidor. Namun, saat ini penampilan Bekalan diiringi gamelan Jawa lengkap dengan laras Slendro yang jadi ciri khas gamelan ala Jawa Timuran.

5. Nyadran Sawuran (Bojonegoro)

Salah satu upacara adat terkenal dari Bojonegoro adalah Nyadran Sawuran. Melansir situs resmi Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, upacara ini untuk persembahan kepada Sang Pencipta serta nenek moyang yang melimpahkan kesehatan dan hasil panen yang bagus.

Upacara Nyadran sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan panen padi masyarakat Bojonegoro yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Kesenian Nyadran atau Nyadranan menjadi rangkaian budaya yang mentradisi, yaitu membersihkan makam leluhur dan sendang gede (sendang ndhangar) atau kerja bakti, ziarah, dan berpuncak pada kenduri (makan bersama) di makam desa dan sendang.

6. Yadnya Karo Suku Tengger Brang Kulon (Kabupaten Pasuruan)

Yadnya Karo menjadi salah satu ritual masyarakat Suku Tengger yang hidup di lereng Gunung Bromo Semeru. Suku Tengger memiliki dua wilayah adat, yaitu Brang Kulon dan Brang Wetan. Ritual ini dirayakan setahun sekali pada hari berbeda antara Brang Kulon dan Brang Wetan.

Baca Juga :   Tetap Bugar di Usia 58 Tahun, Ini 5 Makanan Wajib Sarah Jessica Parker

Mengutip situs Pemerintah Kabupaten Pasuruan, disebutkan upacara ini diawali dengan rangkaian tradisi ‘Mblara’i’. Tradisi ini menampilkan Tari Sodor/Sodoran yang dibawakan sejak 1790 dengan membawa tongkat bambu wuluh berjumlah 12 buah oleh sesepuh.

Angka 12 ini menjadi simbol 12 bulan yang ada dalam satu tahun. Tari sodor menjadi gambaran hubungan suami-istri leluhur Suku Tengger mulai awal hingga beranak-pinak saat ini. Bambu yang digunakan untuk Tari Sodor biasanya dihias dengan serabut kelapa dan janur.

Selain itu, ada banyak perpaduan benih palawija yang dipasang untuk melambangkan keberadaan Suku Tengger, yang menjadi hasil dari nama Roro Anteng dan Joko Seger yang merupakan leluhur Gunung Bromo serta memiliki 25 orang anak.

7. Kembang Lamaran (Probolinggo)

Kesenian Kembang Lamaran merupakan salah satu tradisi budaya yang unik di Probolinggo. Tradisi ini merupakan bagian dari upacara lamaran pernikahan yang dilakukan calon pengantin pria sebagai tanda keseriusan dan niat baik melamar calon pengantin wanita.

Dalam Kembang Lamaran, calon pengantin pria biasanya akan menghias dan menyiapkan berbagai macam bunga dengan cara yang indah dan kreatif. Bunga-bunga ini akan disusun dalam rangkaian atau hiasan yang sangat cantik. Proses penyusunan biasanya memerlukan keterampilan seni yang tinggi dan ketelatenan.

Setelah rangkaian bunga selesai disusun, calon pengantin pria akan membawanya ke rumah calon pengantin wanita sebagai simbol cinta dan niat baiknya untuk melamar. Kembang Lamaran ini seringkali disambut dengan meriah dan dihadiri keluarga kedua belah pihak sebagai bagian dari tradisi keluarga.

8. Brem Madiun (Kabupaten Madiun)

Makanan khas Madiun ini dikenal dengan nama “brem” dan “Madiun” ditambahkan untuk menunjukkan asal daerahnya. Brem adalah makanan tradisional yang memiliki ciri khas berwarna putih hingga kecokelatan, beraroma harum, dan memiliki rasa manis.

Brem Madiun terbuat dari bahan dasar ketan yang difermentasi menggunakan ragi. Proses fermentasi ini membuat brem tekstur yang lembut dan rasa yang unik. Brem biasanya dibuat dalam bentuk kotak kecil atau bulat, dan biasanya dibungkus dengan daun pisang atau daun janur untuk memberikan aroma alami.

Baca Juga :   Cara Ekstrem Menjadi Cantik: Mulai dari Oleskan Keringat Gladiator hingga Dua Tahun Mengikat Kaki
9. Tari Topeng Ghettak (Pamekasan)

Tari Topeng Ghetak menjadi salah satu contoh kekayaan budaya dari Kabupaten Pamekasan, Kepulauan Madura. Awalnya tari topeng ini tak dapat dilepaskan dari pertunjukan Ludruk Sandur asli Pamekasan.

Tari ini banyak dikenal dengan sebutan tari Klonoan. Tari Klonoan selalu diiringi suara kendang yang berbunyi “Ge” dan “Tak”. Ini yang menjadikan tari Klonoan dikenal dengan nama tari Topeng Gethak.

10. Tari Keket (Situbondo)

Situbondo tak hanya terkenal destinasi wisatanya, tapi ada beragam kesenian dan kebudayaan, salah satunya tari Keket. Dikutip dari buku Tetangghun: Realitas, Pengalaman dan Ekspresi Seni di Situbondo yang disusun oleh Dewan Kesenian Situbondo, tari Keket biasanya ditampilkan di tempat terbuka seperti lapangan.

Tradisi ini diadakan sebagai wujud syukur atas hasil panen masyarakat yang melimpah. Sama dengan Sumo di Jepang, Keket menggunakan kekuatan tubuh untuk menjatuhkan lawan, yaitu dengan melingkarkan lengan ke bagian tubuh lawan dan berusaha menekan lawan sampai jatuh.

11. Ngetung Batih (Trenggalek)

Dalam bahasa Jawa, Ngetung Batih berarti menghitung keluarga (batih). Kesenian ini diharapkan membuat anggota keluarga dapat berkumpul membawa keberkahan dan kemudahan dalam mencari rezeki.

Ngetung Batih dilaksanakan bertepatan penanggalan tahun baru 1 Muharram atau kerap disebut 1 Suro oleh masyarakat Kecamatan Dongko, Trenggalek. Rangkaian kesenian ini diawali dengan kirab dayang-dayang yang yang membawa takir plontang—yaitu makanan dalam mangkuk daun).

Mereka juga membawa tumpeng dari jalan raya Dongko menuju pendapa kecamatan. Upacara dilanjutkan dengan murwakala dengan doa bersama agar dijauhkan dari marabahaya. Lalu, dayang-dayang yang juga mengisi rangkaian prosesi menjadi perwujudan anggota keluarga yang hadir.

12. Manten Pegon (Surabaya)

Selain Ngremo, Manten Pegon juga menjadi salah satu kesenian Surabaya yang cukup dikenal masyarakat. Manten Pegon merupakan serangkaian upacara atau proses pertemuan antara mempelai laki-laki dan perempuan melalui akulturasi antara budaya Eropa (Belanda), Arab, Cina, dan Jawa.

Pelaksanaan Manten Pegon antara mempelai pria dan wanita dirias sedemikian rupa menggunakan busana panjang layaknya perempuan Eropa. Namun, tata rambut pengantin perempuan dibuat identik budaya Jawa yang menggunakan sanggul, untaian melati, kembang goyang, dan mahkota. Sedangkan, laki-laki dirias menggunakan jubah dan sorban sebagai penutup kepala yang identik budaya Arab.

(Yadi)

Artikel Terkait

Leave a Comment