Kenapa mayoritas masyarakat bersikap demikian? Mari kita urai permasalahannya:
-
Kesenjangan Waktu dan Proximity
Salah satu penyebab utama ketidakpedulian publik terhadap perubahan iklim adalah kesenjangan waktu dan proximity.
Maksudnya, bagi sebagian orang, perubahan iklim terasa sebagai ancaman yang masih jauh di masa depan. Dirasa tidak memiliki dampak yang langsung terasa. Karena itulah banyak yang cenderung meremehkan urgensi perubahan iklim—yang sebenarnya tengah terjadi dan mengancam berbagai aspek kehidupan manusia.
-
Kurangnya Pemahaman Mendalam
Ketidakpedulian juga muncul dari kurangnya pemahaman mendalam tentang kompleksitas perubahan iklim.
Sebagian besar masyarakat mungkin menyadari perubahan cuaca ekstrem, tetapi minimnya pengetahuan mendalam mengenai dampaknya terhadap ekosistem, ekonomi, dan kesejahteraan manusia mengurangi kepekaan terhadap isu ini.
-
Prioritas Ekonomi dan Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak individu dan komunitas yang lebih memilih fokus pada masalah ekonomi dan sosial, yang menurut mereka memengaruhi kehidupan secara langsung. Misalnya, isu-isu seperti pekerjaan, kesehatan, pendidikan, hingga politik.
Pemilihan prioritas ini membuat perubahan iklim tampak seperti masalah sekunder. Padahal, jika masalah perubahan iklim tidak segera diantisipasi secara serius, atau tidak mendapatkan prioritas perhatian, ‘hal-hal penting’ yang sering dikhawatirkan masyarakat—seperti ekonomi dan politik–bisa jadi bakal tercabik-cabik, sebagaimana yang telah diulas pada bagian awal catatan ini.
-
Politisasi dan Kontroversi
Politik dan kontroversi mengenai perubahan iklim juga menjadi penghalang serius dalam menggerakkan tindakan untuk mengantisipasi dampak serius yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.
Kebijakan-kebijakan lingkungan yang dinilai kontroversial selalu diperdebatkan dan seringkali menciptakan polarisasi di antara masyarakat—seperti terjadinya kontroversi peralihan energi hijau atau green energy yang sedang digalakkan oleh Pemerintah Indonesia. Perdebatan ini pada akhirnya mengalihkan fokus dari urgensi perubahan iklim itu sendiri.
-
Konsumerisme dan Gaya Hidup Modern
Gaya hidup konsumeristik, yang mengutamakan kemewahan dan kecepatan, seringkali menjadi penghambat upaya untuk mengurangi jejak karbon. Ketergantungan pada energi fosil, pemborosan sumber daya, dan kebiasaan konsumtif lainnya menjadi bagian tak terpisahkan dari ketidakpedulian ini.
-
Kurangnya Inisiatif Pendidikan dan Kampanye
Pendidikan dan kampanye mengenai perubahan iklim tidak selalu efektif menyentuh hati dan pikiran masyarakat.
Kurangnya inisiatif untuk memberikan informasi secara menyeluruh dan menyajikannya dengan cara yang menarik adalah penyebab masyarakat tidak peduli dengan isu ini.
-
Optimisme yang Berlebihan
Beberapa orang mungkin merasa perubahan iklim bisa diatasi dengan cepat melalui inovasi teknologi atau kebijakan pemerintah. Optimisme berlebihan ini dapat menghambat kesadaran akan perlunya tindakan darurat dan penyesuaian pribadi.
-
Pandemi dan Krisis Lainnya
Krisis global, seperti pandemi COVID-19 atau konflik geopolitik, juga lebih menarik perhatian masyarakat, yang menyebabkan perubahan iklim akhirnya dianggap sebagai masalah yang relatif kecil dan terabaikan.
Tantangan dan Panggilan untuk Perubahan
Sederet kecenderungan masyarakat di atas sepertinya perlu membuat kita prihatin. Sebab, sikap-sikap seperti itu, secara tak disadari, justru membawa kita pada kehancuran sosial-politik—bahkan kehancuran fisik—ketika perubahan iklim pada akhirnya benar-benar menghadirkan dampak yang “tidak menyenangkan” untuk kita.
Maka dari itu, kita berlu bekerja secara serius untuk menumbuhkan kesadaran tersebut. Tentu saja, selain atensi, juga diwujudkan dalam bentuk aksi nyata, untuk mempersiapkan diri menghadapi dampak perubahan iklim.
Mengatasi ketidakpedulian masyarakat terhadap perubahan iklim membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak. Pendidikan yang lebih baik, kampanye penyadaran, dan kebijakan yang mendukung energi terbarukan dapat membantu merubah paradigma dan perilaku.
Semua pihak, mulai dari individu hingga pemerintah, perlu bersatu untuk menjaga planet ini agar tetap layak huni untuk generasi mendatang. Perubahan iklim adalah tanggung jawab bersama kita. Saatnya untuk membuka mata, hati, dan tangan kita untuk bertindak.◼︎