Aplikasi semangat gotong-royong ternyata masih ada di Indonesia. Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah Front Ketuhanan Yang Maha Esa atau OPSHID FKYME—sebuah organisasi pemuda bentukan Tarekat Shiddiqiyyah Indonesia—membuktikannya. Dengan semangat gotong-royong, ribuan anggota OPSHID di seluruh Indonesia patungan untuk membangun 65 unit rumah layak huni bagi masyarakat miskin secara serentak. Jumlah yang merupakan rekor organisasi. Capaian yang bisa dikatakan ‘tak biasa’ yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah.
Proyek bantuan rumah bersifat massal ini bernama Rumah Syukur. Diadakan untuk “mensyukuri”—istilah yang digunakan oleh Tarekat Shiddiqiyyah Indonesia untuk menggantikan diksi “memperingati”—momen Sumpah Pemuda dan lahirnya lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Rumah Syukur merupakan program rutin tahunan yang embrionya sudah mulai berjalan sejak tahun 2008—atau 15 tahun yang lalu. Angka 65 disebut OPSHID sebagai rekor karena merupakan jumlah terbanyak sepanjang sejarah pembangunan Rumah Syukur dari tahun ke tahun.
Menurut Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat OPSHID, Mulyono, program Rumah Syukur berawal dari program Rumah Layak Huni Shiddiqiyyah (RLHS) arahan Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah Indonesia sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah, Ploso, Jombang, Jawa Timur, KH. Moch. Muchtar Mu’thi.
“Sumpah Pemuda wajib disyukuri karena merupakan peristiwa besar dan menentukan bagi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Sebagai bentuk rasa syukur tersebut, OPSHID, sebagai bagian dari pemuda, wajib mengadakan Tasyakuran Hari Sumpah Pemuda (TSP) setiap bulan Oktober. Caranya dengan menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Salah satu bentuk santunan adalah pembangunan Rumah Syukur,” kata Mulyono, dikutip Rabu, 20 September 2023.
Pada tahun 2003, KH. Muchtar Mu’thi mengarahkan agar OPSHID mengadakan kegiatan untuk mensyukuri Sumpah Pemuda dengan membagikan santunan berupa uang dan sembako untuk fakir miskin. OPSHID langsung menjalankan amanah tersebut. Program tersebut dikerjakan secara rutin setiap tahun.
Namun, dalam perjalanannya, muncul gagasan dari OPSHID untuk memberikan santunan yang lebih dari uang dan sembako. Hingga akhirnya tercetuslah gagasan untuk membangun Rumah Layak Huni Shiddiqiyyah (RLHS). Setelah mendapatkan restu dari Sang Mursyid, gagasan itu mulai direalisasikan pada tahun 2008.
Di tahun pertamanya, baru 1 unit rumah yang berhasil dibangun OPSHID di Jombang, Jawa Timur. Kali itu proyek dikerjakan untuk mensyukuri nikmat Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Tahun berikutnya, 2009, dalam momen yang sama, OPSHID juga hanya membangun 1 rumah, juga di Jombang.
Menginjak tahun ketiga, 2010, jumlah rumah RLHS yang dibangun OPSHID melonjak drastis. Dari dua tahun sebelumnya hanya 1 unit, langsung meningkat jadi 31 unit.
Awalnya, sebagaimana tercatat dalam data OPSHID, pada momen Kemerdekaan Indonesia tahun 2010, organisasi membangun 2 unit RLHS dalam momen Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus. Jumlah ini sebenarnya sudah meningkat dibandingkan dua tahun sebelumnya, yang hanya merealisasikan 1 unit. Namun, pada acara Idul Fitri tahun tersebut, yang jatuh pada bulan September—satu bulan setelah 2 unit rumah terealisasi—Sang Mursyid menginstruksikan agar OPSHID kembali membangun rumah.
1 comment
[…] Gotong Royong Pecahkan Rekor, Bangun 65 Rumah Serentak… […]