samudrafakta.com

Awas, Obesitas Mengancam Masa Depan Anak!

Obesitas atau kelebihan berat badan cukup banyak terjadi pada bayi atau balita di Indonesia, terutama dari kalangan keluarga menengah ke bawah. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang asupan gizi untuk anak adalah penyebab umumnya. Perlu edukasi yang tepat untuk menangani obesitas. Jika tidak ditanggulangi sedari dini, masa depan kesehatan anak bisa terancam.

Belum lama ini, seorang bayi berumur 16 bulan di Bekasi, Jawa Barat, bernama Kenzie menarik perhatian publik. Dia mengidap obesitas, dengan berat badan mencapai 27 kilogram.

Kenzie lahir dengan bobot sekitar 4 kilogram. Namun, setelah memasuki usia makanan pendamping ASI (MPASI), berat badannya terus bertambah secara tidak wajar. “Pas perubahannya (setelah usia) 6 bulan. Naik sekilo-sekilo,” ujar ibu Kenzie, Pitriah.

Bayi Kenzie. (Dok.)

Pitriah baru menyadari jika anaknya semakin besar ketika melakukan penimbangan di posyandu. Banyak orang sekitarnya yang khawatir Kenzie mengidap obesitas. “Saya juga udah merasa ini anak makin gede. Orang juga pada ngomong, ‘Tri, ntar anak lu ntar takutnya obesitas gitu’. Pada ngomong begitu,” bebernya.

Baca Juga :   Kenali Tanda-tanda Orang Mau Bunuh Diri untuk Antisipasi, Nomor 5 Sering Terjadi di Lingkungan  

Kendati badannya terus mengembang, pertumbuhan Kenzie berjalan sangat lamban. Di usianya itu Kenzie belum bisa berjalan dan berbicara seperti bayi pada umumnya. Menurut Pitriah, sang anak hanya bisa menyeret badannya dan duduk. Kenzie juga tidak merangkak. “Ngesot. Jadi duduk, pindah ke sini gitu. Enggak merangkak. Dia gitu, pertumbuhannya beda sendiri,” papar Pitriah.

Kenzie sering dibawa ke posyandu untuk pemeriksaan rutin. Namun, sejak berat badannya terus meningkat, Pitriah tidak lagi kuat menggendongnya. Pihak kelurahan setempat membantu Kenzie dengan memberikan stroller agar ia tetap bisa dibawa ke posyandu. Namun, stroller tersebut hanya disimpan di rumah karena ternyata Kenzie terlalu besar, tidak muat.

Pitriah mengaku tidak bisa memberikan air susu ibu (ASI) sejak Kenzie lahir. Sebab, kata Pitria, dia mengidap batu empedu yang membuat ASI-nya tidak bisa keluar. Kenzie pun diberikan air putih dan susu setelah makan. “(Diberi) air putih. Kalau habis makan baru minum susu,” ujarnya.

Saat Kenzie memasuki usia MPASI, ayahnya yang berprofesi sebagai buruh empang hanya bisa memberikannya bubur fortifikasi karena tidak mampu membeli bahan lainnya. Sehari-harinya Kenzie juga mendapatkan asupan susu kental manis (SKM).

Baca Juga :   Berbahaya, Jangan Konsumsi Makanan-Minuman Ini Bareng Durian

Pitriah menyadari bahwa susu kental manis tersebut tidak baik untuk anak di bawah usia 5 tahun. Namun, dia dan suami tidak memiliki pilihan lain karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. “Sebenarnya enggak boleh memang buat anak umur segini. Habisnya waktu itu (ayah Kenzie) sudah enggak kerja. Anak sekolah dua, yang satu SMK yang satu TK, sedang bapaknya kan gajinya begitu. Dapat per hariannya Rp50 ribu. Serabutan,” tambahnya.

Sama seperti orang tua lainnya, Pitriah ingin Kenzie tumbuh normal seperti anak-anak lainnya. Ia juga berharap bisa mendapatkan bantuan pengobatan agar Kenzie bisa sembuh dari kondisi yang kini sedang ia idap. “Kalau ada yang bisa bantu, bantu tukar susunya gitu. Bantu buat pengobatan juga,” ujar Pitriah.

Fakta Obesitas Anak

Kenzie adalah satu dari puluhan juta anak di Indonesia yang mengalami masalah berat badan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, ada 41 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami obesitas. Obesitas adalah penumpukan lemak ekstra di tubuh yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke di masa depan.

Baca Juga :   Simak, Nih, Dokter Tertua di Dunia Bagikan Tips Panjang Umur dan Sehat

Tidak semua anak yang kelebihan berat badan bisa disebut obesitas. Lemak yang mengumpul di tubuh anak tetap memengaruhi baik-buruknya proses tumbuh kembang si kecil. Bagi anak berusia kurang dari 5 tahun, seperti Kenzie, berat badan idealnya diukur lewat kurva yang dirancang oleh Kemenkes dalam tabel ini.

Jika berat badan anak lebih dari rentang tersebut, maka itu menandakan bahwa anak tersebut mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

Artikel Terkait

Leave a Comment