samudrafakta.com

Fakta 19 Mei 1998: Ribuan Mahasiswa Duduki Gedung DPR/MPRR

Foto ribuan mahasiswa ketika menduduki gedung DPR/MPRR di Jalan Gtot Subroto, Jakarta. Foto:Elshinta

JAKARTA — Mei 1998 menjadi bulan yang tidak akan pernah dilupakan dalam sejarah Indonesia. Pada bulan itu, rangkaian demonstrasi panjang mahasiswa mencapai puncaknya pada 18-19 Mei 1998, ketika puluhan ribu mahasiswa memenuhi halaman dan kubah gedung DPR/MPR, menuntut perubahan besar dalam pemerintahan. Aksi ini tercatat sebagai demonstrasi terbesar yang pernah dilakukan mahasiswa di gedung DPR/MPR dalam tiga dekade terakhir.

Sejak malam sebelumnya, para mahasiswa sudah mulai berdatangan ke kompleks parlemen. Gelombang demi gelombang mahasiswa dari berbagai kampus menyusul rekan-rekan mereka yang sudah bermalam di gedung DPR/MPR sejak 18 Mei 1998. Mereka bergabung dalam satu tujuan: menuntut reformasi, mendesak Presiden Soeharto untuk mundur, dan menyerukan dilaksanakannya Sidang Istimewa MPR.

Tidak hanya mahasiswa, sejumlah tokoh yang tergabung dalam Gerakan Reformasi Nasional turut hadir di kompleks parlemen, menunjukkan dukungan mereka terhadap gerakan ini.

Pada sore hari sekitar pukul 15.20 WIB, suasana di gedung DPR/MPR berubah dramatis. Pimpinan DPR/MPR, yang diwakili oleh Harmoko, memberikan pernyataan yang mengejutkan banyak pihak. Bagai petir di siang bolong, Harmoko meminta Soeharto untuk mundur dari jabatannya demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Baca Juga :   PCINU Eropa Plus Serukan Elite PBNU yang Kampanyekan Capres-Cawapres 'Gentle' Mengundurkan Diri

“Dalam menanggapi situasi seperti tersebut di atas, pimpinan dewan, baik ketua maupun wakil-wakil ketua, mengharapkan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri,” ujar Harmoko pada 19 Mei 1998 dikutip dari akun @KompasTV.

Meski pernyataan dari Harmoko telah disampaikan, mahasiswa tetap bertahan di gedung DPR/MPR. Tekanan semakin besar, membuat Soeharto dan Orde Baru semakin terdesak. Demonstrasi yang terus berlanjut menciptakan momentum yang tidak bisa dibendung lagi.

Laman esikemdikbud mencatat, pada Mei 1998, Indonesia mengalami salah satu periode paling kelam dalam sejarah politik dan sosialnya. Peristiwa Trisakti menjadi momen penting yang mengawali gelombang reformasi di negeri ini. Krisis ekonomi yang melanda, ditambah lonjakan harga kebutuhan pokok dan BBM, memicu ketidakpuasan yang mendalam di kalangan masyarakat, khususnya mahasiswa. Mereka tidak lagi mempercayai pemerintah yang dipimpin oleh Soeharto dan menuntut perubahan.

Artikel Terkait

Leave a Comment