samudrafakta.com

Sukarno dan Kuliner (3): Pecinta Menu Indonesia ‘Next Level’, Agak ‘Alergi’ Makanan Barat

Sukarno sangat menyukai momentum berada di atas meja makan. Ia senang melihat makanan diletakkan satu demi satu di atas meja. Apalagi makanan itu diatur secara menarik. Ia mengagumi keindahan dalam keteraturan sajian makanan.

Keteraturan itu makin dirasa paripurna oleh Bung Karno ketika makanan yang dihidangkan adalah makanan khas Indonesia. Nafsu makannya bisa langsung meningkat. Sukarno terkenal sebagai pencinta makanan Indonesia next level.

Fatmawati, dalam buku Fatmawati Catatan Kecil Bersama Bung Karno, menceritakan bahwa suaminya sangat doyan makan tempe. Sedangkan istri Presiden Sukarno yang lain, Haryati, mengisahkan Sukarno juga menyukai tempe bacem—sebagaiman dia tulis dalam buku Hariyatie, Sukarno The Hidden Story (2011).

Presiden Sukarno juga menyukai kue pelite. Kue ini terbuat dari tepung beras, santan, dan gula putih. Semua bahan itu diadon, kemudian dikukus dalam wadah yang dibentuk dari daun pandan.

Kue pelite menjadi kesukaan Sukarno saat diasingkan ke Pulau Bangka, tepatnya di Muntok, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, pada tahun 1949. Saat itu Sukarno diasingkan bersama Mohammad Hatta, Haji Agus Salim, dan Mohammad Roem.

Baca Juga :   Sukarno, Penggila Durian yang Mewariskan 'Varian Baru'

Sukarno juga menyukai brongkos, olahan sayur yang terbuat dari bahan seperti kacang tolo, kluwak, dan melinjo. Dia juga suka asem-asem, sejenis olahan daging ayam berkuah santan dan dibungkus daun pisang.

Sementara dalam buku Sukarno Poenja Tjerita yang ditulis @sejarahRI, tertulis bahwa Bung Karno sangat menyukai sayur lodeh. Hariyatie menulis bahwa makanan lain yang disukai Presiden Sukarno adalah sayur asem lengkap dengan sambalnya.

Bung Karno juga menyukai bagar hiu saat pengasingannya di Bengkulu. Dia menjalani pengasingan di Bengkulu pada 1938 – 1942.

Bagar hiu merupakan salah satu kuliner khas Bengkulu yang langka. Makanan ini cukup populer saat bulan Ramadhan. Sepintas, bagar hiu mirip dengan rendang daging khas Padang. Namun, bagar hiu tidak dimasak bersama santan, melainkan menggunakan kelapa yang disangrai. Bagar hiu, sesuai namanya, menggunakan daging ikan hiu.

Selain bagar hiu, Sukarno juga menyukai hidangan khas Bengkulu lainnya, yakni pais ikan. Pais ikan merupakan olahan yang sekilas mirip pepes khas Sunda. Bedanya, pais ikan menggunakan ikan gebu dan ikan buli sebagai bahan dasarnya.

Baca Juga :   Mengenang Benteng Ekonomi Sukarno: Yang Kokoh, Namun Dilupakan Kini

Artikel Terkait

Leave a Comment