Kaltara, Yogyakarta, dan Gorontalo Catat Kasus Jantung Tertinggi di Indonesia

Ilustrasi. - Dok. Samudrafakta
Kemenkes mengungkap ada tiga provinsi dengan kasus jantung tertinggi di Hari Jantung Sedunia. Biaya klaim penyakit ini tembus Rp19,25 triliun. Bisa dicegah lewat cek kesehatan gratis dan deteksi dini.

Tanggal 29 September diperingati sebagai Hari Jantung Sedunia. Pada momen tahun ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan tiga provinsi dengan prevalensi penyakit jantung tertinggi, yakni Kalimantan Utara, Yogyakarta, dan Gorontalo.

Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyebut penderita penyakit jantung di Indonesia mencapai 1,5 persen dari jumlah penduduk. Dari total itu, separuhnya merupakan penyakit jantung koroner.

“Kasus tertinggi terjadi di Kalimantan Utara, Yogyakarta, dan Gorontalo,” kata Nadia, Senin (29/9).

Ia menjelaskan, penyebab utama berasal dari faktor keturunan, gaya hidup, dan lingkungan. Secara global, dua dari tiga penderita penyakit jantung berujung pada kematian. 

Bacaan Lainnya

Data World Heart Federation (WHF) menunjukkan penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada 2021, tercatat lebih dari 20,5 juta orang meninggal akibat penyakit ini, naik 60 persen dibandingkan 1990.

Biaya Jantung Terbesar dalam Klaim Kesehatan

Di Indonesia, beban biaya akibat penyakit jantung juga tinggi. Pada 2024, klaim pelayanan penyakit jantung mencapai Rp19,25 triliun untuk lebih dari 22,5 juta kasus. Angka ini menegaskan pentingnya pencegahan dan deteksi dini.

“Karena itu, salah satu pencegahannya adalah dengan program CKG (Cek Kesehatan Gratis),” ujar Nadia.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendorong masyarakat memanfaatkan program CKG. “Ini agar faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, gula darah, atau kolesterol dapat diketahui sejak dini,” ucap Budi.

Komitmen Dokter Spesialis

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki), Ade Meidian Ambari, menegaskan komitmen tata laksana penanganan serangan jantung akut. “Sehingga pasien mendapatkan penanganan cepat dan tepat,” katanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *