samudrafakta.com

Fenomena Sesar Lembang dan Kurangnya Upaya Mitigasi

Tanpa bermaksud mengurangi empati terhadap korban gempa Cianjur, namun kerugian materiil maupun nyawa semestinya bisa diminimalisir bila seluruh instansi yang terkait fenomena alam sadar bahwa gempa yang terjadi karena pergerakan Sesar Lembang itu—yang runtutannya sampai ke Cianjur—adalah gejala alam yang sebenarnya bisa diprediksi. Dengan demikian, semestinya segala bentuk kerugian bisa diminalisir dengan upaya mitigasi—sebagaimana yang diterapkan pada masyarakat sekitar Gunung Merapi, Daerah Istimewa Yogyakarta, atau Gunung Kelud di Jawa Timur.

Mengutip “Studi Sesar Lembang Menggunakan Citra Sentinel-1A untuk Pemantauan Potensi Bencana Gempa Bumi”, Sesar Lembang adalah sesar aktif dengan laju pergeseran mencapai 5,0 milimeter per tahun. Hasil pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga menunjukkan beberapa aktivitas seismik rutin dengan kekuatan kecil akibat pergerakan tersebut. Pergerakan ini menimbulkan potensi gempa besar dengan skala 6,5 – 7 SR, di mana fenomena ini merupakan siklus 500 – 670 tahun sekali. Peristiwa terakhir terjadi pada 1600-an.

Di luar siklus gempa besar tersebut, pergerakan sesar ini menimbulkan efek gempa berkekuatan kecil. Misalnya, pada 28 Agustus 2011 terjadi gempa 3,3 SR yang merusak 384 rumah warga di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Kendati skalanya kecil, dampaknya cukup signifikan karena pusat gempa tersebut cukup dangkal. Gempa juga terjadi di jalur yang sama 14 dan 18 Mei 2017 dengan kekuatan 2,8 dan 2,9 SR. Itu bukti Sesar Lembang selama ini aktif.

Baca Juga :   Banjir Bandang Sumbar: Korban Tewas Jadi 50 Orang, 27 Dilaporkan Hilang

Aktivitas gempa di jalur Sesar Lembang dimonitor secara lebih baik sejak tahun 2008. Sesar terletak 10 kilometer di utara Kota Bandung, di selatan Gunung Tangkuban Parahu. Dia adalah ekspresi geomorfologi (ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang membentuknya) dari neotektonik (cabang dari tektonik yang berkaitan dengan pergerakan kulit bumi di masa lampau dan hingga sekarang) di cekungan Bandung, berupa gawir sesar (fault scarp) dengan dinding gawir menghadap ke utara. Gawir adalah dinding terjal, yang kerap kali disebabkan oleh pergeseran.

Sesar Lembang perlu diwaspadai karena dia berada di atas daerah padat penduduk: Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Bandung. Sementara dia memiliki potensi pelepasan energi sebesar 6,5 – 7 SR—yang terjadi 500 tahun sekali. Jika tiga segmen itu terjadi bersamaan, tentu akibatnya akan luar biasa. Apalagi ini termasuk gempa dangkal. Aktivitas Sesar Lembang juga dapat memengaruhi aktivitas vulkanis Gunung Tangkuban Parahu, namun tidak bisa sebaliknya, di mana aktivitas vulkanis Gunung Tangkuban Parahu tidak bisa memengaruhi aktivitas tektonis patahan.

Baca Juga :   Gempa M 6,2 Garut Terasa hingga Jabodetabek, BMKG: Termasuk Jenis Gempa Menengah

Dengan mengetahui potensi bencana akibat kondisi geologis yang dikelilingi sesar dan gunung berapi aktif, yang bisa mengakibatkan gempa vulkanis dangkal; memperhatikan juga jika Kota Bandung dan Cimahi berada di cekungan; serta melihat kondisi tata kota dan penyebaran penduduknya, semestinya sudah ada langkah-langkah mitigasi dan antisipasi komperehensif dari seluruh instansi terkait. Apalagi jika fenomena yang terjadi nantinya mencapai siklus 500 tahunan—yang kemungkinan akan menimbulkan kerusakan yang cukup parah.

Memang tidak mungkin mencegah fenomena alam. Yang bisa dilakukan adalah mengurangi dampaknya, supaya kerusakan dan kerugiannya bisa diminimalisir sekecil mungkin. Soal mitigasi, mungkin Indonesia bisa belajar—salah satunya—dari Norwegia. Salah satu negara Skandinavia sudah membuat Svalbard Global Seed Vault, yang berfungsi untuk menyimpan biji dan bibit tanaman, supaya jika bencana besar yang menimbulkan kerusakaan parah berlalu, manusia bisa menanam lagi dan melanjutkan kehidupannya.

Sedangkan Indonesia, yang potensi bencana alamnya jelas-jelas di depan mata, sudah menyiapkan apa saja untuk antisipasi? Sepertinya perlu membangun kesadaran kepada seluruh pemimpin dan stakeholder di negeri ini; bahwa bukan hanya pergerakan lawan politik saja yang perlu dibaca dan diantisipasi. Fenomena alam juga perlu. Jauh lebih perlu. [SF]

Baca Juga :   Garam Dapur Disemai di Atas Langit Jakarta-Jawa Barat, Upaya BNPB Modifikasi Curah Hujan Ekstrem

Artikel Terkait

Leave a Comment