samudrafakta.com

Antisipasi Perundungan Santri, Begini Strategi Ponpes Darul Ulum Jombang

Santri-santri Ponpes Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang, Jawa Timur. (Dok. Ponpes Darul Ulum)
JOMBANG—Fenomena perundungan dan penganiayaan atau kekerasan yang berujung maut di lingkungan pondok pesantren (ponpes) yang kerap muncul ke permukaan akhir-akhir ini kemungkinan hanyalah puncak gunung es. Pasalnya, fenomena ini terjadi hampir setiap tahun. Namun demikian, beberapa pesantren memiliki strategi untuk mengantisipasinya. Salah satunya Ponpes Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang, Jawa Timur.

Fenomena miris perundungan santri ini sebenarnya sudah sejak lama menjadi perhatian Majelis Masyayikh Pesantren, sebuah lembaga independen pengawas pesantren yang merepresentasi ponpes, di mana anggotanya  berasal dari kalangan pesantren. Lembaga ini dibentuk dengan tujuan agar pesantren tidak didikte pemerintah, tetapi menggunakan ukuran yang telah disusun Majelis Masyayikh tanpa mengesampingkan kekhasan yang sudah ada.

Ketua Mejelis Masyayikh, Abdul Ghofarrozin, pernah mengatakan bahwa ponpes harus memiliki mekanisme pengawasan internal yang kuat, agar tidak terjadi lagi kasus kekerasan di dalam institusi pendidikan berciri khas Islam tersebut. Upaya mencegah kekerasan itu penting karena, kata dia, sampai sekarang laporan kekerasan di pesantren masih cukup banyak.

Sorotan terhadap kasus kekerasan di pesantren itu disampaikan oleh pria yang akrab disapa Gus Rozin tersebut dalam acara Sosialisasi UU No 18/2019 tentang Pesantren secara virtual di PP Mahad Aly Al-Tamasi Pacitan, Jawa Timur,  pada Rabu, 11 Oktober 2023. Pada acara itu, pesantren diminta menerapkan standar mutu internal yang di antaranya meminimalisir adanya kekerasan dalam pendidikan.

Baca Juga :   Memahami Sejarah Kemerdekaan untuk Hindari Dosa Politik

Dalam forum itu disampaikan kasus kekerasan dalam institusi berlabel agama telah terjadi di lingkup lembaga pendidikan Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Yang terbesar adalah di lembaga pendidikan Islam, di mana jumlah kasusnya mencapai 91 persen dari 71 kasus—demikian menurut statistik tahun 2017-2021.

Sementara itu, Ponpes Darul Ulum, Rejoso, Jombang, memiliki strategi khusus untuk meminimalisir dan mencegah kekerasan di lingkungan ponpes, sebagaimana standar yang ditetapkan oleh Majelis Masyayikh. Menurut pengasuh asrama Al-Furqon Ponpes Darul Ulum Jombang, Mustain Dzul Azmi—yang biasa disapa Gus Azmi—potensi terjadinya kekerasan di lingkungan ponpes memang menjadi perhatian pihaknya.

Sekadar informasi, di Ponpes Darul ulum terdapat 40 asrama santri. Asrama Al Furqon sendiri mengasuh 250-an satriwan dan santriwati. Pengasuh ponpes, menurut Gus Azmi, sangat aware dan jeli melakukan antisipasi dan mitigasi terjadinya kekerasan fisik antar sesama santri.

Dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Samudra Fakta, Kamis (29/2), Gus Azmi menjelaskan langkah-langkah preventif yang dia maksud, yaitu:

  1. Memberi pemahaman secara terus-menerus kepada para santri untuk terus menjaga kekompakan, menguatkan persaudaraan, dan saling menghargai satu sama lain;
  2. Mengkoordinir per angkatan (ada kepengurusan) yang bertugas untuk membina kekompakan, soliditas dan solidaritas. Jadi jika muncul konflik antar santri, bisa segera ditangani;
  3. Setiap angkatan ada pembina yang bertanggung jawab mengawasi. Setiap bulan penanggung jawab wajib menyampaikan laporan ke dewan pengasuh pesantren terkait ada tidaknya permasalahan, seperti perundungan dan kekerasan fisik yang terjadi;
  4. Membiasakan santri untuk curhat dan bercerita langsung ke Dewan Pengasuh atau pembina setiap ada permasalahan di pondok;
  5. Membuat banyak aktivitas kegiatan untuk menyalurkan potensi dan bakat santri, terutama kegiatan yang punya nilai-nilai kebersamaan;
  6. Jika ada santri yang terbukti melakukan tindakan perundungan dan kekerasan, Dewan Pengasuh melakukan tindakan tegas dan terukur, tak segan-segan mengeluarkan pelaku; dan
  7. Membuat jargon “seduluran selawase” atau “bersaudara selamanya” untuk menjaga semangat dan vitalitas kekompakan santri.
Baca Juga :   Ponpes Darul Ulum Membuka Pintu Silaturahmi dengan Menggelar Pengajian Kitab-Kitab Klasik selama Ramadhan

Lebih lanjut, putra keenam Almaghfurlah KH. Dimyathy Romli itu menerangkan, jika ditemukan ada santri yang nakal, Dewan Pengasuh langsung gerak cepat melakukan langkah identifikasi dan pendekatan personal, face to face, mendahulukan rasa.

Mustain Dzul Azmi atau Gus Azmi. (Dok. Ponpes Darul Ulum)

Sementara itu, dari sisi teknologi, di lingkungan pesantren asuhan Gus Azmi juga dipasang kamera CCTV di setiap kamar santri. Pemasangan kamera CCTV, menurut Gus Azmi, untuk mengawasi tindakan kenakalan santri–pencurian misalnya—sekaligus berfungsi untuk memonitor aktivitas santri selama 24 jam.

Pondok Pesantren Darul Ulum juga selangkah lebih maju dibandingkan beberapa pesantren lain di Jawa Timur. Pesantren yang berlokasi di Peterongan ini mendirikan Lembaga Psikologi Darul Ulum atau LAPSIDU, yang bertugas melayani konseling psikologi bagi para santri. Semacam tempat curhat dan tempat pelayanan bagi santri yang bermasalah secara psikologis, semisal gangguan konsentrasi, stres, penangangan khusus santri korban perundungan, dan lain-lain.◼︎

 

Artikel Terkait

Leave a Comment