samudrafakta.com

Syekh Jumadil Kubra, Moyang Para Wali yang Meruwat Tanah Jawa

Ahmad Baso, sejarawan Nahdlatul Ulama (NU), menyatakan bahwa faktor pendorong Islam masuk ke Nusantara ialah karena ulama-ulama yang mengembara dari Timur Tengah melihat Nusantara sebagai masa depan Islam. Salah satu ulama tersebut ialah Syekh Jumadil Kubro.

Ketika Syaikh Jumadil Kubro datang ke Jawa, ia kagum akan kebesaran Majapahit. Terutama setelah mendengar cerita-cerita heroik yang beredar di masa itu, bahwa orang-orang Jawa berani mengalahkan dan mengusir bangsa Mongol dari Nusantara. Ini berbeda dengan nasib negeri asalnya di Arab, yang mudah ditaklukan oleh bangsa Mongol. Sementara di Tanah Jawa, bangsa Mongol yang ditakuti itu kalah dan terusir di tahun 1293 di tangan Raden Wijaya, Raja pertama Majapahit. Karena itulah, Syekh Jumadil Kubro yakin bahwa Nusantara adalah masa depan Islam—bahwa di Nusantara juga Islam akan berkembang lebih baik.

Dalam sumber-sumber buku sejarah, kisah tokoh Syekh Jumadil Kubro memiliki banyak versi. Riwayat Syekh Jumadil Kubro sejatinya masih diselimuti misteri, termasuk terkait berbagai versi terkait asal-usul dan perannya dalam sejarah syiar Islam di Jawa, atau keberadaan dugaan makamnya yang tersebar di sejumlah daerah di Nusantara.

Baca Juga :   Beda Penentuan Awal Ramadhan Bikin Dua Sunan Berseteru, Namun Negara Tetap Bersatu

Ditemukan banyak versi yang mengisahkan sosoknya, namun ada benang merah yang dapat ditarik dari riwayat Syekh Jumadil Kubro. Beliau bukan sekadar identitas satu orang, tetapi lebih dari itu, dia adalah identitas satu peradaban. Bukan tidak mungkin, inilah salah satu akar tradisi keilmuan, keagamaan, dan kebudayaan agung nusantara. Tanpa kehadirannya, proyek Islamisasi Nusantara yang dilakukan Wali Songo sepertinya bakal sulit berjalan lancar. Dialah sosok aktor kunci, sesepuh, Bapak para Wali di Nusantara, dan peletak dasar Islamisasi di Jawa sebelum Wali Songo, bahkan Asia Tenggara.

Dari keturunannya lahir cikal bakal Wali Songo. Kedua anaknya, Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi dan Maulana Ishaq, melahirkan sebagian Wali Songo. Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Giri adalah cucunya. Sunan Bonang, Sunan Drajad, dan Sunan Kudus adalah cicitnya.

Urutan nasab maupun keturunan yang dicatat Ahmad Baso tak berbeda jauh dengan urutan yang dibuat kalangan Alawiyyin. Menurut versi Alawiyyin, Syekh Jumadil Kubro masih keturunan Imam Ahmad al-Muhajir, yang terhubung ke atas hingga ke Nabi Muhammad Saw. Syekh Jumadil Kubro juga memiliki tiga anak yang nantinya akan melahirkan para ulama penyebar Islam di daerahnya masing-masing.

Baca Juga :   Sunan Kudus (2): Dakwah Kompromis melalui “Diplomasi Sapi” dan Perpaduan Arsitektur Hindu-Buddha-Islam

Dikutip dari buku Peradaban Makam: Kajian Inskripsi, Kuburan, dan Makam (2019) karya Hamidulloh Ibda, nasab Syekh Jumadil Kubro sangat dekat dengan Nabi Muhammad. Ia diyakini keturunan ke-10 dari Husein ibn Ali, cucu Rasulullah Saw.

Menurut Moch Cholil Nasiruddin dalam Punjer Wali Songo Sejarah Sayyid Jumadil Kubro menyebutkan garis nasab Syekh Jumadil Kubro adalah: Sayyid Hussein Jumadil Kubro ibn Sayyid Zainul Khusen ibn Sayyid Zainul Kubro ibn Sayyid Zainul Alam ibn Sayyid Zainal Abidin ibn Sayyid Husain ibn Ali/Siti Fatimah binti Rosulullah Muhammad Saw.

Sementara Rizem Aizid, dalam Sejarah Islam Nusantara, menyebutkan silsilah Syekh Jumadil Kubro adalah: Syekh Jumadil Kubro ibn Husain Jamaluddin ibn Ahmad Jalaluddin ibn Abdillah ibn Abdul Malik Azmatkhan ibn Alwi Ammil Faqih ibn Muhammad Shahib Mirbath ibn Ali Khali’ Qasam bin Alwi ibn Muhammad ibn Alwi bin Ubaidillah ibn Ahmad al-Muhajir ibn Isa bin Muhammad ibn Ali Zainal Abidin ibn Husain ibn Ali/Sayyidah Fatimah binti Muhammad Saw.

Baca Juga :   Hari Kebangkitan Nasional dan Gugatan-Gugatan Terhadapnya

Artikel Terkait

Leave a Comment