samudrafakta.com

Sunan Gunung Jati (1): Berdakwah Menggunakan Strategi Politis-Struktural

Sunan Gunung Jati dikenal sebagai salah satu Wali Songo yang menurunkan sultan-sultan Banten dan Cirebon. Dia menjalankan strategi dakwah dengan memperkuat kedudukan politis sekaligus membangun jaringan dengan penguasa Jawa bagian Barat—yaitu di Pajajaran dan Banten—serta memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Demak melalui pernikahan.

Ulama besar Indonesia, Habib Luthfi bin Yahya, pernah menyebut bahwa Maulana Syarif Hidayatullah Sayyid Jabal Jati atau Sunan Gunung Jati merupakan salah satu Sulthanul Auliya fi Zamanih fil Jawa, setelah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. “Payungnya Indonesia. himayatul Indonesia, di antaranya dipegang sampai sekarang oleh beliau bertiga. Dan diteruskan generasi-generasi selanjutnya,” kata Habib Luthfi dalam suatu kesempatan.

Sunan Gunung Jati mempraktikkan teladan Rasulullah Saw. dan para sahabat yang memperkuat kedudukan politik melalui ikatan pernikahan dengan putri para pemuka Quraisy. Wali bernama asli Syarif Hidayatullah ini juga menggalang kekuatan dengan menghimpun orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang memiliki kedigdayaan dan pengaruh yang luas.

Soal tempat kelahiran Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati, para sejarawan berselisih pendapat. Sebagian mengatakan dia lahir di Pajadjaran, Ibu Kota Kerajaan Sunda; sementara sebagian lainnya menyebut ia lahir di Pasai, salah satu pusat Islam di Asia Tenggara pada masanya.

Baca Juga :   Riwayat Hubungan Harmonis Antara Nabi Muhammad dengan Kaum Nasrani Ini Perlu Diteladani

Naskah Nagarakretabhumi, yang menjadi rujukan Serat Purwaka Caruban Nagari, menuturkan bahwa ayah Syarif Hidayatullah berasal dari Mesir—tepatnya di Ismailiyah. Namanya Syarif Abdullah. Dia berkuasa atas Bani Israil di Palestina. Ibu Syarif Hidayat adalah Nyai Lara Santang, putri Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.

Dua tahun setelah kelahiran Syarif Hidayatullah, Nyai Lara Santang dikisahkan hamil dan melahirkan lagi seorang putra yang diberi nama Syarif Nurullah. Tak lama setelah kelahiran putra keduanya, Syarif Abdullah wafat. Kedudukannya sebagai raja digantikan adiknya, Ungkajutra, yang bergelar Raja Onkah.

Sajarah Wali, Nagarakretabhumi, Serat Purwaka Caruban Nagari, Sajarah Banten Rante-rante, dan Sadjarah Banten, juga menyebut bahwa leluhur Syarif Hidayat berasal dari Mesir, hanya saja menyebut nama ayah yang berbeda-beda.

Menurut Naskah Mertasinga, yang dialihbahasakan oleh Amman N. Wahyu dalam Sajarah Wali, Syarif Hidayatullah adalah putra Sultan Hud yang berkuasa di negara Bani Israil. Dia merupakan hasil pernikahan dengan Nyai Rara Santang. Naskah itu tidak menyebut nama Syarif Abdullah sebagai ayah Syarif Hidayat—sebagaimana Serat Purwaka Caruban Nagari—melainkan menyebut Sultan Hud Raja Bani Israil.

Baca Juga :   Inilah Alasannya Kenapa Sidoarjo Dijuluki Kota Delta

Sultan Hud, menurut Sajarah Wali, terhitung masih keturunan Nabi Muhammad Saw. dari galur Zainal Kabir keturunan Imam Zainal Abidin bin Imam Husein bin Fatimah binti Muhammad Saw. Sultan Hud adalah putra Raja Odhara, Raja Mesir. Raja Odhara putra Jumadil Kabir, raja besar di negeri Quswa. Jumadil Kabir putra Zainal Kabir. Zainal Kabir putra Zainal Abidin. Zainal Abidin putra Husein, yaitu putra Ali bin Abi Thalib dengan Siti Fatimah binti Nabi Muhammad Saw.

Artikel Terkait

Leave a Comment