samudrafakta.com

Soal Berantas Mafia, Bergurulah pada Eliot Ness

Ilustrasi SF.
Perkara memberantas mafia—termasuk mafia hukum—belajarlah dari Eliot Ness. Jika pada awal tahun ini Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo baru sebatas “menggertak” bakal memberantas mafia bidang apa pun di Indonesia, bahkan mengklaim tak segan memecat puluhan anggotanya yang nakal demi membersihkan institusi, pada awal tahun 1930-an—hampir seratus tahun lalu—Ness sudah melakukannya, tanpa perlu banyak orasi. Hasil kerjanya menyeret 200 personel polisi di Chicago—15 di antaranya perwira tinggi—di mana mereka semua dipecat secara tidak hormat gegara jadi beking mafia. Beranikah aparat Indonesia seperti itu?

Ness adalah penegak hukum yang sangat legendaris di Amerika. Dia sudah kehabisan rasa takut. Yang dia tahu hanyalah hukum harus tegak. Semenakutkan apa pun konsorsium garong penginjak-injak muruah hukum pasti ditabraknya. Termasuk rekan-rekannya sesama aparat.

Ness adalah pemimpin Tim Antikorupsi, sebuah satuan khusus pemberantas korupsi, semacam Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Indonesia, yang punya tugas mengobrak-abrik pengemplang pajak di Chicago, Amerika Serikat, tahun 1920-an.

Keberhasilannya yang paling fenomenal adalah menyeret mafioso kelas kakap bernama Alphonse Gabriel “Al” Capone, juragan pabrik minuman keras sekaligus dedengkot perdagangan gelap yang hobi menggelapkan pajak. Ness juga menyeret 200 polisi korup –15 di antaranya perwira tinggi– dalam satu paket pemberantasan geng mafia Al Capone.

Baca Juga :   Gubernur Khofifah Rapat, KPK Bawa Tiga Koper Besar Dari Gedung Pemprov Jawa Timur

Eliot Ness lahir 19 April 1903 di Chicago, Illionis. Pada usia 18 tahun dia masuk Universitas Chicago untuk belajar ilmu politik dan hukum. Tahun 1925 dia lulus sebagai tiga besar. Tahun 1927 dia menjadi petugas Departemen Keuangan AS cabang Chicago. Setahun berikutnya dia pindah ke Biro Larangan Departemen Hukum AS untuk mengemban tugas sebagai pembasmi praktik penggelapan pajak.

Di masa Ness bertugas, praktik penggelepan pajak di Chicago—yang dipioneri oleh para gangster—sangat mengerikan. Puluhan juta USD yang seharusnya masuk kas negara belok ke kantong oknum. Kala itu Al Capone tercatat mengemplang pajak hingga USD75 juta. Pengaruh mafia satu itu luar biasa kuat. Jangkauannya sampai ke Washington. Duitnya yang seolah tak pernah habis berhasil memborong pengaruh untuk mengamankan posisinya.

Polah si mafia itu sampai ke kuping Presiden AS ketika itu, Herbert Hoover. Presiden murka. Lebih-lebih setelah mendengar kabar banyak aparat penegak hukum dan pemerintahan yang berhasil dibeli oleh uang haram Capone.

Untuk menyelamatkan muka pemerintahan dan hukum Amerika, Hoover memerintahkan Jaksa Agung kala itu, George Emmerson Q. Johnson, agar membentuk tim yang ditugaskan khusus membereskan perkara yang disulut Al Capone.

Baca Juga :   Mantan Gubernur Papua Lukas Enembe Meninggal saat Menjalani Hukuman Penjara

Yang diperintahkan langsung bergerak. Johnson membentuk tim. Tetapi, di awal terbentuknya tim, Johnson kebingungan; siapakah orang yang benar-benar bersih dan layak ditunjuk untuk memimpin? Pasalnya, kala itu pejabat bersih dan kotor tak kentara dari luar. Situasi sangat buram. Persis seperti yang terjadi di Indonesia masa kini.

Akhirnya, untuk memilih pimpinan, Johnson menggelar uji kelayakan dan kepatutan. Di tengah proses seleksi itulah dia mendengar ada seorang anak muda yang sangat bersih bernama Eliot Ness. Anak muda itu pun dipanggil.

Kepercayaan langsung tumbuh di hati Johnson terhadap Ness setelah melalui sebuah wawancara singkat. Ness pun ditugaskan langsung membentuk tim untuk kepentingan operasi pembasmian mafia. Lahirlah Tim Antikorupsi di bawah pimpinan Ness, 29 Oktober 1929. Tim khusus yang dipimpin seorang anak muda berusia 26 tahun. Anggotanya sembilan orang, semua dipilih sendiri oleh Ness.

Begitu terbentuk, Tim langsung bergerak. Penyelidikan dan penyidikan dilakukan terus menerus tanpa putus dan terjadwal konsisten. Dari proses itulah tim menyimpulkan bahwa Capone lah yang jadi biang macetnya aliran duit untuk negara. Lalu disusunlah strategi untuk menghentikan laju si Italiano yang kebal hukum itu.

Baca Juga :   Legislator PPP Wanti-wanti soal Kuota Tambahan Haji 2024, Jangan Sampai Bermasalah dan Diusut KPK atau Kejagung RI

Langkah awal Tim untuk memberangus Capone adalah menyasar sumber-sumber pemasukan si bandit. Menurut perhitungan Ness, ketika sumber-sumber dananya dibuntu, Capone tak akan bisa berlagak. Dia bakal kekurangan dana untuk membeli perlindungan hukum dan politik.

Dilacaklah lokasi pabrik-pabrik minuman keras yang berhubungan dengan Capone. Seluruh usaha miras Capone itu disinyalir ilegal. Satu per satu pabrik terlacak. Ness dan timnya memeriksa satu per satu tagihan pajak dan bukti pembayaran pabrik-pabrik itu. Ternyata, benar, tak ada pajak yang sampai pada negara.

Beberapa pabrik disegel karena jelas-jelas bermasalah. Di masa enam bulan pertama bekerja, Tim Antikorupsi Ness memberangus 25 pabrik miras “bebas pajak” milik Al Capone—terdiri dari 19 pabrik kecil dan enam pabrik besar. Dari upaya tersebut, uang USD1 juta dolar milik negara berhasil diselamatkan.

Mendapati aliran ke kantongnya menyusut, Capone bingung dan berang. Dicarilah sumber penghambat itu, lalu didapatilah nama Eliot Ness. Demi lancarnya aliran dana ke lumbung kasnya, Capone berusaha menggunakan jurus lama; dia tawarkan sejumlah uang pada Ness.

Artikel Terkait

Leave a Comment