samudrafakta.com

Si Peminum Air Cengkir

Ndalem Pojok merekam kebiasaan Sukarno yang suka minum air cengkir gading. Konon, khasiatnya setara dengan air zam-zam. Ada filosofi untuk mencari keselamatan dengan meminum air itu.

 

 

Buku-buku sejarah babon mencatat bahwa Bung Karno suka nasi pecel, lodeh rebung dan tempe goreng, sate, balado ikan, sayur asem, sambal terasi, dan brongkos. Sedangkan minuman kesukaannya, menurut catatan sejarah mainstream, antara lain jeruk hangat, minuman “nasionalis” bernama sang saka, berisi kelapa muda dan kolang-kaling berwarna merah dan putih, serta kopi tubruk.

Ketika masih kecil, Sukarno juga suka menjilati garam dan minum air putih. Kebiasaan itu dikisahkan oleh Ratna Dewi Sukarno atau Naoto Nemoko—salah satu istri Bung Karno—pada acara Sawako No Asa TBS TV tanggal 17 Februari 2018.

Itulah kebiasaan kuliner Bung Karno yang tercatat secara resmi dan diketahui khalayak luas. Namun, Samudra Fakta menemukan fakta lain soal kesukaan kuliner Sukarno ketika berkunjung ke Ndalem Pojok. Ternyata Sukarno suka minum air cengkir gading, bukan degan alias kelapa muda sebagaimana dicatat oleh sejarah arus utama.

Baca Juga :   Sukarno dan Kuliner (3): Pecinta Menu Indonesia ‘Next Level’, Agak ‘Alergi’ Makanan Barat

Cengkir adalah penamaan terhadap salah satu fase pertumbuhan buah kelapa, tepatnya ketika buah kelapa menjelang menjadi kelapa muda—atau bisa juga disebut masa “pra-degan”. Dalam kebudayaan Jawa, cengkir biasa disebut kemlamut. Bung Besar biasa meminum air cengkir gading sembari ngemil jadah goreng atau jagung bakar.

Setiap berkunjung ke Ndalem Pojok, baik sebelum dan sesudah menjabat sebagai Presiden RI, dia selalu request cengkir gading. Biasanya dia minta bantuan teman-teman sebayanya atau ajudan-ajudannya untuk memanjat pohon kelapa dan memetik cengkir. Salah satu abdi dalem  Ndalem Pojok yang sering mendapat tugas memetik cengkir adalah almarhum Joyo Sar, sebagaimana diceritakan cucunya, Mbah Sih.

Menurut Kushartono, Ketua Harian Yayasan Panji Saputra yang merawat situs Ndalem Pojok, pernah ada seorang pendeta Yunani berkunjung ke Ndalem Pojok untuk mengklarifikasi kebiasaan unik Bung Besar minum air cengkir itu. Menurut informasi yang diperoleh Sang Pendeta, kandungan manfaat air cengkir gading setara dengan air zam-zam—air suci umat Islam yang berasal dari sumur di kawasan Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

Baca Juga :   Alami Erupsi, Seperti Ini Sejarah Kemunculan Gunung Anak Krakatau

Kandungan air buah yang kulitnya berwarna kuning gading ini, menurut Sang Pendeta, mengandung cukup banyak vitamin dan mineral, seperti biotin, asam nikotinat, riboflavin, asam folat, asam pantotenat, dan tentunya vitamin C. Sementara itu, menurut riset pakar kesehatan, air cengkir bisa menguatkan sistem kekebalan tubuh, menyingkirkan bakteri, menangkal flu dan tipus.

Air cengkir juga berfungsi sebagai diuretik alami, serta sangat membantu mengobati sakit ginjal, di mana dia bisa membersihkan saluran kemih, menyingkirkan toksin, dan memecah batu ginjal. Air cengkir juga bisa meningkatkan produksi kelenjar hormon tiroid, hormon paling penting dalam yang bermanfaat bagi peremajaan sel dan semua organ.

Sementara istilah gading—yang melekat pada nama cengkir—berasal dari bahasa sanskerta, “danta”, yang berarti “gigi”. Ada alasan filosofi terkait penyematan nama ini. Gigi manusia tumbuh dua kali, yaitu waktu bayi—yang disebut dengan gigi susu atau gigi muda— di mana gigi itu bakal tanggal, kemudian tumbuh lagi kira-kira pada usia 8 tahun—dan itulah gigi sesungguhnya.

Baca Juga :   Sukarno dan Kuliner (4–Habis): Cinta Daun Singkong Muda, Gemar Makan Langsung dengan Tangan Tanpa Sendok-Garpu

Artikel Terkait

Leave a Comment