Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Provinsi Lampung, beberapa kali mengalami erupsi pada hari Minggu, 22 Januari 2023. Apa itu Gunung Anak Krakatau? Dan bagaimana proses “kelahirannya”?
Berdasarkan sejarah yang dilansir Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Krakatau pernah mengalami letusan besar pada 416 SM yang menyebabkan tsunami.
Beberapa letusan juga terjadi pada abad ke-3, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 17, yang mana letusan-letusan tersebut kemudian diikuti dengan pertumbuhan kerucut Rakata, Danan, dan Perbuatan—yang kemudian didefinisikan sebagai gunung. Kegiatan vulkanik tersebut berhenti pada tahun 1681.
Krakatau sempat istirahat selama 200 tahun, lalu kembali memperlihatkan aktivitasnya pada tahun 1883, yang diawali beberapa letusan Gunung Danan dan Gunung Perbuatan. Erupsi kali itu diikuti letusan dahsyat yang menyebabkan hilangnya dua gunung, Danan dan Perbuatan, serta sebagian Gunung Rakata.
Letusan ini juga menyebabkan tsunami yang menyapu kota-kota kecil di sepanjang pantai Banten dan Lampung Selatan, termasuk kota Teluk Betung. Di Teluk Betung, tinggi gelombang pasang air laut mencapai tinggi 20 meter. Kota Merak di semenanjung Banten dilanda gelombang pasang setinggi 30 meter dan 40 meter. Gelombang pasang juga menyapu Teluk Semangko.
Gelombang itu merusak banyak perkampungan dan menyebabkan banyak jiwa melayang. Di Kampung Benewani, 2.500 penduduk tewas; 327 orang hilang di Tanjungan dan Tanot Baringin; dan 244 korban jiwa melayang di Beteong.
Gelombang pasang setinggi 13,6 meter juga menghantam mercusuar Bengkulen yang terbuat dari beton, dan menewaskan 10 orang yang sedang bekerja. Gelombang pasang yang meninggalkan Krakatau pada pukul 10.00 WIB itu kemudian merambat, dan dalam waktu 2 jam 30 menit mencapai Jakarta—yang berjarak 169 kilometer.
Gunung Krakatau kembali tenang sepanjang Februari 1884 sampai Juni 1927. Dan pada 11 Juni 1927, terjadi erupsi bercampur magma basa di pusat kompleks Gunung Krakatau. Proses inilah yang akhirnya memunculkan Gunung Anak Krakatau. Tanggal itu pun dinyatakan sebagai tanggal kelahiran Gunung Anak Krakatau.
Sejak saat itu Gunung Krakatau mengalami erupsi setiap tahun, yaitu pada 1928, 1929, 1930, 1931, 1932, sampai 1963. Sempat tenang selama lima tahun, erupsi kembali terjadi pada tahun 1968, 1972, 1973, 1975, 1979, 1981, 1984, 1988, 1992, 2000, 2001, 2005, 2007, 2008, 2010, dan 2011. Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB), hampir seluruh tubuh Gunung Krakatau yang berdiameter ± 2 kilomter merupakan kawasan rawan bencana.
(Yadi)





