samudrafakta.com

Sejarah Haji, Antara Ritual dan Festival Seni

Landkap Kota Mekkah, di mana prosesi ritual Islam dan seni digelar akbar setiap tahun di sini. FOTO: Canva

Festival Seni di Musim Haji

Salah satu kebiasaan orang Arab adalah berkumpul untuk meramaikan festival seni. Menurut Ahmad Syalabi, dalam “Mau’suat a-Tarikh al-Islami”, ada momentum besar setahun sekali perhelatan festival seni akbar itu diselenggarakan yaitu ketika memasuki bulan Zulqadah dan Zulhijah, yaitu berbarengan dengan musim haji.

Pada momen itulah masyarakat arab dari berbagai suku datang dan bersatu padu, tentu selain menjalankan laku ritual, juga berlangsungnya festival seni.

Pusat kegiatan dan area festivalnya adalah di samping Kakbah, sebagai tempat pembukaan dan final. Adapub tempat lain yang digunakan dalam helatan ini adalah pasar Ukaz, Wuhaj, Majinnah, dan Dzu al-Majaz.

Di tempat tersebut, para penyair, sebagai wakil dari suku-suku menampilkan puisi-puisi terbaiknya. Masyarakat yang diwakili sukunya mengelilingi sambil memuji penyairnya dan merasa bangga. Puisi yang dianggap terbaik akan digantung di Ka’bah (muallaqat). (Ahmad Syalabi, Mau’suat a-Tarikh al-Islami, 233-235).

Biasanya selama berlangsung ritual juga berlangsung pula festival sastra dan diikuti pula festival seni rupa, berupa hasil pahatan kayu, logam atau batu, yaitu berupa patung (berhala), dan yang terpilih menjadi terbaik akan diletakkan di samping Kakbah menemani puisi muallaqat. Selain disandarkan di dinding Kakbah, patung-patung itu juga diletakkan di tiap gerbang kota, atau pasar-pasar.

Baca Juga :   Maulana Malik Ibrahim, Bapak Spiritual Wali Songo

Biasanya puisi-puisi yang terpilih sering dari bani Doush, sementara untuk pemahat terpilih lebih sering dari bani Najjar dan Bani Tsaqif. Tak mengherankan, sebab bani Najjar dikenal sebagai masyarakat pemahat dari kayu dan logam mulia, sementara Bani Tsaqif dikenal dengan masyarakat kerajinan gerabahnya yang unik (dari tanah dan batu-batuan). (Ismail R. Al-Faruqi dan LL. al-Faruqi, The Cultural Atlas of Islam, 105).

Demikianlah bangsa arab yang pernah begitu menghargai karya seni, sampai-sampai pada masanya cintanya berlebihan pada seni rupa telah berubah menjadi sesembahan.

Wallahua’lam bishawab.

—————
Penulis adalah Pengasuh Pesantren Baitul Kilmah Bantul dan Wakil Sekretaris IPHI
DIY

Artikel Terkait

Leave a Comment