MADINAH — Menjelang puncak haji, polisi dan askar Kerajaan Arab Saudi semakin gencar menggelar razia untuk memastikan hanya jemaah dengan visa haji resmi yang dapat memasuki Makkah. Razia dilakukan tidak hanya di Makkah, tetapi juga di Madinah, termasuk di tempat miqat di Bir Ali dan perbatasan Madinah-Makkah di wilayah Jumum. Pemeriksaan ketat ini dilakukan untuk mencegah jemaah haji ilegal.
Rombongan jamaah yang datang dari Madinah akan diperiksa. Bahkan polisi akan naik ke bus dan memeriksa satu per satu jamaah. Semua bus rombongan jamaah diperiksa oleh polisi. Yang tak memiliki visa haji disuruh turun dan diproses.
Jamaah yang tidak memiliki visa haji dan tertangkap dipastikan akan diproses. Selain dikenakan denda 10 ribu riyal atau sekitar Rp 43 juta, jamaah tersebut akan dideportasi dan dilarang masuk Arab Saudi selama 10 tahun. Seperti yang terlihat pada Kamis (6/6), polisi dan askar berlalu-lalang di maktab jemaah haji di Hotel Al Bilal kawasan Misfalah.
”Haji tahun 2024 ini sangat berbeda dari tahun lalu. Pengalaman hari ini razia terhadap jemaah yang tidak menggunakan visa haji benar-benar terjadi. Pemeriksaan dari Madinah ke Mekkah berlapis-lapis sampai lima kali. Jarak yang biasa ditempuh 5 jam menjadi 12 jam. Ketat sekali! “, cerita Ghalaba Muyassarah atau biasa disapa Sara, salah satu jamaah haji plus Indonesia asal Tangerang Selatan kepada Samudra Fakta.
Pemeriksaan bahkan juga diberlakukan kepada para petugas haji asal Indonesia. “Para petugas dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia saja kena operasi visa. Padahal mereka berseragam, ” kata Sara. Banyak yang terjaring razia. Karena dokumen yang dimiliki lengkap, akhirnya terbebas dari hukuman.
Sara menganjurkan, ”Jemaah diminta tidak keluar dari Kota Makkah menjelang pelaksanaan puncak ibadah haji. Sebab, aparat keamanan Arab Saudi memperketat orang yang masuk ke Makkah”.
Jemaah yang melaksanakan ziarah di luar Kota Makkah diperkirakan akan kesulitan saat kembali. Karena itulah mereka diminta hanya beraktivitas di dalam Kota Makkah. ”Hal ini penting juga untuk menjaga kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan jemaah menjelang pelaksanaan puncak haji,” tandas Sara.
Sara juga menceritakan kisah lucu, terkait perlakuan kurang mengenakkan yang dilakukan polisi Arab Saudi. Dia sempat ‘dikerjain’ saat pemeriksaan. “Paspor saya sempat disembunyikan. Dan saya mau dibawa oleh polisi setempat karena dianggap melanggar tidak berpaspor. Untung pihak hotel punya inisiatif membantu mencarikan. Alhamdulillah ketemu, ” tutur Sara.
Sebagai jemaah haji plus, Sara juga menceritakan belum menerima smart card haji. Smart Card atau kartu resmi keberangkatan haji merupakan aturan dari Kerajaan Arab Saudi untuk memudahkan jemaah dalam mengakses informasi yang berkaitan dengan haji. Kartu tersebut membantu jemaah untuk mengetahui lokasi tempat pelaksanaan ibadah haji.
Pada kartu tersebut juga ada sertifikat selesai melaksanakan ibadah haji sehingga bisa jadi kenangan yang indah bagi yang telah melaksanakan ibadah haji. Penggunaan smart card ini juga untuk mencegah masuknya jemaah haji dengan visa di luar prosedural. “Banyak jemaah haji plus yang belum menerima smart card. Kalau haji reguler sudah. Sepertinya panitia penyelenggara haji (muassasah) Saudi keteteran. Karena ini kebijakan baru, ” ungkap Sara.