samudrafakta.com

Reportase Spesial: Mendedah Faedah Tembakau

Pada 3 Juni 1953, Haji Agus Salim, Sri Paku Alam, dan Duta Besar Republik Indonesia di Inggris hadir dalam upacara perayaan penobatan Ratu Elizabeth II. Acara perjamuan di Westminster Abbey, London tersebut dihadiri banyak tokoh penting dari berbagai negara. Sambil berbincang-bincang santai, Agus Salim menyalakan sebatang rokok yang dia bawa dari Indonesia.

Asap rokok Agus Salim rupanya menarik perhatian orang di sekitarnya. Tak banyak orang yang akrab dengan baunya. Pangeran Philip, suami Elizabeth II, melayangkan protes. Menurutnya bainya tidak enak. “Para hadirin, dari manakan bau yang tidak sedap ini berasal?” tanya Pangeran Philip.

Alih-alih tersinggung, dengan tenang Agus Salim mendekat seraya menjawab: “Yang Mulia, bau tidak sedap itu adalah bau rokok kretek yang sedang saya isap. Dibuat dari tembakau dan cengkih. Boleh saja Yang Mulia tidak menyukainya. Tapi justru bau inilah yang menarik minat pelaut-pelaut Eropa datang ke negeri kami tiga abad yang lalu.”

Agus Salim tahu tembakau adalah salah satu sasaran ekspedisi bangsa-bangsa Eropa, yang pada akhirnya melahirkan koloni di Nusantara dan mengubah konstelasi politik di muka bumi sejak abad ke-15. Daun ini diburu karena mendatangkan banyak manfaat, baik untuk kenikmatan, kehangatan, hingga penyembuh berbagai penyakit. Tembakau adalah “daun surga” yang diburu banyak bangsa. Dan dia banyak tumbuh di Nusantara.

Baca Juga :   Emas Hijau yang Dirawat oleh Banyak Kebudayaan

Namun, persepsi tentang daun ini kemudian bergeser, dan kini melenceng jauh dari manfaat aslinya. Bahkan dia dituduh sebagai biang kerusakan tubuh manusia, terutama ketika diolah dalam bentuk rokok. Benarkah demikian?

Untuk mendedah fakta tentang tembakau, Samudra Fakta segera menghadirkan reportase spesial: “EKSPEDISI TEMBAKAU”. Segera hadir di samudrafakta.com dan kanal Youtube Samudra Fakta.

Mari bicara apa adanya. Karena sejatinya manusia diciptakan bukan untuk dibohongi.

Artikel Terkait

Leave a Comment