samudrafakta.com

Raden Patah (2): Ahli Tata Negara yang Taktis Membangun Kerajaan

Selain dikenal sebagai pendiri Kesultanan Demak Bintara, Raden Patah memiliki peranan penting dalam pengembangan dakwah Islam, terutama dalam hubungan dengan penyusunan hukum positif, tradisi keagamaan, sastra, dan seni budaya.  

Raden Patah juga menggagas berdirinya Masjid Agung Demak. Masjid yang—menurut menurut arkeolog UGM, Inajati Adrisijanti—memiliki arsitektur khas dan berbeda dengan masjid di negara mana pun.

Ahmad Baso, mengutip Babad Cerbon, menyebutkan bahwa Sunan Ampel memerintahkan Raden Patah agar membuka hutan Glagah Wangi, Bintara, Demak. Area inikah yang menjadi cikal bakal Kerajaan Demak.

Proses sosial-historis-religius berdirinya Kesultanan Demak, menurut Ahmad Baso, menggambarkan totalitas ke-Nusantara-an.

Indikasinya adalah, pertama, pembangunan kerajaan dimulai dari babad alas atau membuka hutan Glagah Wangi untuk lahan pertanian dan pengairan. Tahap ini untuk membangun basis ekonomi masyarakat. Artinya, sebelum membangun peradaban, para ulama dan pendakwah Islam—termasuk Raden Patah—terlebih dahulu memikirkan bagaimana cara menyejahterakan rakyat dan memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan mereka.

Sejak zaman Hindu-Buddha, daerah Glagah Wangi sudah dikenal dengan kesuburannya—terutama untuk pertanian—dankerajinan keramiknya. Di Glagah ini Raden Patah juga membangun basis pendidikan pesantren yang menjadi cikal-bakal pesantren di Jawa dan Madura.

Baca Juga :   Sunan Kalijaga (2): Wali Kreatif yang Mewariskan Tradisi Muslim di Tanah Jawa

Kedua, upaya babad alas Glagah Wangi itu akhirnya melahirkan perkampungan baru. Orang-orang kemudian pada berdatangan ke perkampungan baru yang kemudian diberi nama Desa Bintara tersebut. Fase Ini merupakan konstruksi basis sosial kemasyarakatan Islam Nusantara.

Masyarakat dibangun berdasarkan semangat berkampung atau jamaah yang mengusung semangat guyub, saling tolong-menolong, suka gotong-royong, dan musyawarah-mufakat dalam mengatasi masalah. Dari pembukaan lahan pertanian dan perkampungan itu kemudian muncul pasar, yang menggambarkan menyatunya kehidupan ekonomi dan komunitas guyub berkampung ini.

Artikel Terkait

Leave a Comment