samudrafakta.com

Pernah Jadi ‘Andalan’ Gus Yahya, Nusron Legowo Diberhentikan dari Ketua PBNU

JAKARTA–Politikus Partai Golkar sekaligus Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Nusron Wahid menyatakan dirinya menerima keputusan diberhentikan dengan hormat sebagai salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dua tahun lalu dia adalah tim sukses yang memenangkan Yahya Cholil Staquf menjadi Ketua Umum PBNU, dan dipuji-puji oleh pria yang akrab disapa Gus Yahya itu. 

Nusron mengaku, sebagai santri, dia akan mengikuti keputusan yang telah dikeluarkan para kiai di PBNU. Oleh karena posisinya sebagai santri, dia tak meminta jabatan.

“Soal ini, oke, sebagai santri, saya sami’na wa atho’na keputusan para kiai. Kita ini di santri, enggak boleh minta jabatan,” kata Nusron, seusai acara Debat Capres di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2023).

Nusron mengatakan, jika diberi amanah, dia akan menjalankannya dengan baik. Dia menyebutkan siap ditugaskan dengan posisi apa pun oleh pemimpin di PBNU.

“Pokoknya, kalau dikasih amanah kita jalankan, alhamdulillah. Kalau enggak ada amanah, alhamdulillah. Ditugaskan apa pun kita siap sebagai warga NU, mengabdi,” tutur Nusron. “Tetap, akan berkontribusi terus (di PBNU),” sambungnya.

Baca Juga :   Beredar Video dengan Narasi Erick Thohir Tagih Pengurus PBNU 100 Miliar Lebih, Gus Ipul Bilang Itu Fitnah

Sebagaimana diketahui, PBNU memberhentikan dengan hormat Nusron Wahid dan Nasyirul Falah Amru dari jabatan sebagai Ketua PBNU sisa masa jabatan 2022-2027. Keputusan tertuang dalam Surat Keputusan PBNU Nomor 01.c/A.II.04/11/2023 tentang Pengesahan Pergantian Antar Waktu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Masa Khidmat 2022-2027. Surat ini dikeluarkan PBNU pada 15 November 2023.

Soal keputusan ini, rupanya muncul pernyataan berbeda dari internal PBNU sendiri. Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan keputusan berdasarkan hasil rapat gabungan PBNU, untuk penyegaran dan penempatan pengurus di tempat yang tepat.

“Pertimbangannya untuk penyegaran dan penempatan pengurus ditempat yang tepat,” kata Gus Ipul, dikutip dari CNNIndonesia.com, Selasa (12/12).

Sementara itu, menurut Ketua Komisi Organisasi, Faisal Saimima, pemberhentian Nusron karena dia merangkap jabatan. Selain sebagai pengurus harian PBNU, tepatnya Ketua PBNU, Nusron juga menjadi pengurus harian partai politik. Hal ini, kata Faisal, dilarang berdasarkan Putusan Komisi Organisasi dalam Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2023 di Gedung Serbaguna Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.

Baca Juga :   Sederet Pesan Jokowi di Acara Resepsi 1 Abad NU

“ART (Anggaran Rumah Tangga) NU sudah menyebutkan secara spesifik, yang tidak boleh dirangkap itu adalah jabatan pengurus harian partai politik dengan pengurus harian NU,” kata Faisal Saimima, Selasa (12/12/2023).

Pengurus harian NU yang dimaksud, sambung dia, adalah semua pengurus dalam jajaran syuriyah dan tanfidziyah. Mereka tidak diperbolehkan menjadi pengurus harian di partai politik. “Kalau di partainya jadi ‘seksi konsumsi’ masih boleh,” ucapnya.

Pernyataan Faisal senada dengan Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur. Pemberhentian Nusron Wahid, kata pria yang akrab disapa Gus Fahrur itu, salah satunya, sebagai bentuk penertiban rangkap jabatan di partai politik.

“Itu penertiban aturan saja. Bukan soal pilpres, tetapi rangkap jabatan pengurus harian di partai politik,” kata Gus Fahrur, Selasa (12/12).

‘Jagoan’ Gus Yahya

Ketika Gus Yahya terpilih sebagai Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU Lampung, yang digelar pada 23 -25 Desember 2021, dia secara khusus mengucapkan terima kasih kepada dua orang yang disebutnya “pendekar muktamar”. Yang dia maksud adalah Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dan Nusron Wahid alias Gus Nusron. Saat itu, Nusron menjabat Wakil Syuriah PWNU DKI Jakarta.

Baca Juga :   Deklarasi Anies-Muhaimin: Di Antara Kontroversi Klaim Dukungan Nahdliyin dan ‘Gerak Cepat’ KPK

Yahya juga menyebut, jika dalam pertandingan sepak bola biasanya ada penghargaan ‘’man of the match’’ kepada pemain yang dianggap paling menonjol permainannya dan memberi kontribusi penting dalam kemenangan tim, dalam Muktamar NU kala itu juga ada ‘’man of the match” dalam bentuk duet solid Gus Ipul-Nusron.

Gus Yahya menilai keduanya all out di lapangan, sehingga berhasil mengggalang dukungan suara NU dari seluruh Indonesia. Hasilnya, Gus Yahya bisa mengumpulkan suara 337, mengungguli Kiai Said, petahana dua periode, yang mengumpulkan 220 suara.* 

Artikel Terkait

Leave a Comment