samudrafakta.com

Pemilu Wajib Damai dan Bahagia!

Berlaksa Pesan dari Pameran Lukisan

Yang menarik dan asyik dari gelaran acara ini adalah diisi dengan  Pameran Lukisan Kolaborasi Nasirun & Sujiwo Tejobertajuk Presiden Alternatif Doa Pemilu Damai dan Bahagia yang dikuratori oleh Dr. Mikke Susanto, M.A. Pameran berlangsung: 1 – 9 September 2023, mulai pukul 10.00 – 18.00 WIB, di Bentara Budaya Jakarta, Jl. Palmerah Selatan No. 17, Jakarta 10270.

Menurut Aguss Noor, inisiator pameran lukisan kolaboratif ini, Nasirun dan Sujiwo Tejo mengajukan tawaran yang asyik. Mereka berdua berkolaborasi untuk membuat 50-an lukisan. Sujiwo Tejo dan Nasirun, menurut dia, setidaknya telah mencoba mengawali, memulai percakapan indah dan subtil tentang proses berbangsa yang mesti terus diupayakan dengan cara beradab, melalui pameran kolaborasi itu.

Dua seniman tersebut mendalami metafor dari dunia pewayangan, mengolah karakter—seperti Petruk dan Semar—lantasmengemasnya dalam bahasa gambar. Secara tersurat, terpampang bentuk-bentuk wayang. Namun, secara tersirat, dapat digali nilai-nilai kemanusiaan, ketuhanan, dan lingkungan dari lukisan tersebut. Dalam konteks momen pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) ke KPU yang makin dekat, pameran ini berusaha mengajak bangsa Indonesia untuk membangun demokrasi yang sehat. Rakyat didorong agar jernih dalam memilih dan menggunakan hak suara, sehingga menghasilkan pemimpin sesuai harapan.

Baca Juga :   Kesehatan Mental Jadi Masalah Serius Indonesia, Siapa Capres Paling Peduli?

Tema-tema kekinian atau aktual—terutama soal isu politik—juga bisa dirupakan dalam bentuk rupa lukisan. Tema itu juga diangkat oleh Sujiwo Tejo dan Nasirun dalam lukisan mereka yang dipamerkan di tiga ruangan Bentara Budaya Jakarta. Tema-tema itu diungkapkan dalam beragam ekspresi. Kadang satir, kadang tajam. Ada juga kritik yang muncul melalui simbolisasi figur, seperti dalam karya berjudul Rel Kereta. Pada lukisan itu tampak potret diri Nasirun dan Tejo, yang membawa ingatan pada potret pasangan Capres-Cawapres dengan suasana yang lebih karikatural dan getir. Seperti rel kereta: mereka berpasangan, sejajar, tetapi tak pernah saling bersinggungan.

Ketua KPU Hasyim Asyari bersama seniman Sujiwo Tejo (kiri) dan Nasirun (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan. (SF | Wijdan)

Sujiwo Tejo dan Nasirun juga memamerkan lukisan bertajuk Malangkerik, Lawan Arah Jam Dinding, Anak Kesayangan, Jokoting, Zero But Not Empty, dan All The Hanom’s Men. Ada juga karya-karya yang langsung mengingatkan pada isu-isu politik yang kerap muncul, misal karya berjudul Dukun Policik, Pusaran Tibane Ndaru, Dwi Tunggal, Pilu dan Pemilunya, Among-Among, dan Do Mi? No! Mido? Yes. Untuk judul lukisan terakhir ini, mungkin akan ada percakapan tak berkesudahan, perbedaan-perbedaan yang terus diperdebatkan, tetapi mesti harus terus-menerus diupayakan untuk bisa berkerja sama, berkolabiorasi.

Baca Juga :   Suara PKB Melejit Dibanding 2019, Kata Gus Ipul Bukan Hanya karena Ketum, Tapi Kerja Kiai NU

Akhirul kalam: seserius-seriusnya Pemilu, Pemilu tak lebih dari permainan untuk merayakan kedamaian dan kebahagiaan. Setegang-tegangnya proses demokrasi, termasuk Pemilu 2024, laluilah dan hayatilah proses itu sebagai permainan belaka.Tanpa dendam kesumat. Idealnya begitu.

(Wijdan)

Artikel Terkait

Leave a Comment