samudrafakta.com

Pangeran Katandur, Cucu Sunan Kudus yang Merintis Tanaman Tembakau dan Karapan Sapi di Madura

JAKARTA—Di Madura ada cerita rakyat tentang sejarah tembakau yang menghubungkannya dengan seorang tokoh bernama Pangeran Katandur. Pemilik nama aslinya Habib Ahmad Baidlowi itu memperkenalkan tembakau, ilmu pertanian, sekaligus karapan sapi kepada masyarakat Sumenep. Tiga tradisi itu masih lestari hingga kini. 

Menurut beberapa catatan sejarah, Pangeran Katandur hidup pada abad ke-13, di sekitaran tahun 1248. Pangeran Katandur alias Ahmad Baidlowi adalah putra dari Habib Sholeh, yang bergelar Panembahan Pekaos, sekaligus cucu Jakfar Sodiq bin Sayyid Usman Sunan Andung, alias Sunan Kudus. Istilah ‘katandur’ yang menjadi namanya memiliki arti “menanam”. Sebutan Katandur disematkan kepada Ahmad Baidlowi karena dialah yang diyakini masyarakat Madura sebagai penanam tembakau pertama di Pulau Garam sejak abad ke-12.  

Pangeran Katandur hadir ke Madura sebagai pendakwah yang menyebarkan Islam, sekaligus pemecah masalah ketahanan pangan di Sumenep. 

Berdasarkan cerita rakyat yang beredar sampai saat ini, sebelum kedatangan Pangeran Katandur, Sumenep adalah wilayah yang sangat tandus. Jarang ada tanaman hijau di sana. Namun, setelah Pangeran Katandur datang, semuanya berubah setelah mendapatkan sentuhan kemahirannya dalam bertani. Pangeran Katandur menanami wilayah itu dengan tembakau.

Baca Juga :   Sunan Drajat: Pembela Fakir Miskin, Gigih Ajarkan Kemandirian

Sebelum memulai menanam, Pangeran Katandur terlebih dahulu berdoa meminta hujan kepada Tuhan, melalui proses bertapa. Walhasil, doanya terkabul, dan tembakau yang dia tanam rumbuh dengan baik. Tembakau di Sumenep pun menjadi tanaman favorit dikenal sebagai “daun emas”, yang dapat mengubah perilaku dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. 

Pada awal mula berbaur dengan masyarakat Sumenep, Pangeran Katandur tidak langsung mengajarkan syariat Islam kepada masayarakat setempat. Dia mengajari mereka cara bercocok tanam yang benar. Awalnya masyarakat banyak yang tidak tahu cara bertani. Dan berkat Pangeran Katandur, masyarakat Sumenep pun bisa menjadi ahli di bidang pertanian. Hasil panen masyarakat melimpah. 

Karena ilmu yang diajarkan Pangeran Katandur itulah masyarakat jadi kagum kepadanya. Karena kagum, maka semua nasihat Pangeran Katandur diikuti, termasuk agar mereka masuk Islam. ”Jadi, (Pangeran Katandur) tidak langsung mengajarkan syahadat, tetapi mengajarkan cara bertanmi lebih dahulu,” terang Kiai Nangkernang, salah satu tokoh masyarakat Sumenep, dikutip Selasa (16/1/2024).

Artikel Terkait

Leave a Comment