samudrafakta.com

NASA Klaim Bisa Tahu 30 Menit sebelum Bumi Kiamat, Kok Bisa?

JAKARTA—Hari akhir atau kiamat memiliki tanda-tanda. Meski begitu, tidak akan ada satu orang pun yang tahu kapan kiamat itu terjadi. Namun demikian, sekelompok tim di NASA mengeklaim berhasil menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi ‘kiamat lokal’ di Bumi yang diakibatkan oleh amukan badai Matahari.

Menurut hasil perhitungan model NASA, manusia di Bumi punya waktu 30 menit untuk bersiap sebelum kiamat meledak. Waktu 30 menit itu, menurut NASA, adalah perbedaan kecepatan cahaya dan waktu yang dibutuhkan oleh material yang terlontar dari matahari sampai di permukaan Bumi.

Lalu, seberapa besar dampak badai Matahari di Bumi? Sekitar 35 tahun yang lalu, misalnya, badai Matahari membuat kota Quebec di Kanada mati listrik selama berjam-jam. Menurut Science Alert, fenomena yang lebih dahsyat pernah terjadi di Carrington, Inggris—yang terkenal sebagai tempat latihan klub sepak bola Manchester United—sekitar 150 tahun yang lalu. Jika peristiwa di Carrington terjadi pada era modern, infrastruktur listrik dan komunikasi bisa hancur lebur.

Baca Juga :   Ada Siklon Tropis Anggrek dan Kirrily, Waspadai Hujan Es, dan Cuaca Ekstrem di Indonesia

Bahaya solar flare sendiri sudah lama diketahui oleh ilmuan. Mereka menggunakan acuan dampak suar surya ke planet lain dan melakukan pengamatan menggunakan berbagai satelit seperti ACE, Wind, IMP-8, dan Geotail.

Namun, dengan AI, NASA mengeklaim bisa memperkirakan apa yang terjadi jika suar surya langsung menghantam Bumi.

Selain memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh suar surya menghantam Bumi, peneliti NASA juga menyusun prediksi dampak yang akan ditimbulkan oleh material Matahari ke penghuni Bumi.

Nama model yang digunakan oleh peneliti NASA adalah DAGGER, yang artinya “belati”. Teknologi ini membuat prediksi bisa makin cepat, sehingga bisa meramal arah dan tingkat keparahan dampak badai matahari hanya dalam hitungan detik. AI ini juga mampu membuat prediksi baru setiap menit.

Sementara itu, dalam algoritma sebelumnya membutuhkan waktu sangat panjang karena keterbatasan daya komputasi. Saking panjangnya, prediksi jadi sia-sia, karena suar Matahari telanjur menghantam Bumi.

Sedangkan DAGGER diklaim cukup “sakti”, karena mampu memprediksi lokasi di Bumi yang akan terimbas langsung oleh badai surya. Kecepatan prediksi dan kemampuan pengolahan datanya diklaim jauh lebih besar. Maka dari itu, menurut NASA, DAGGER cukup menjanjikan bila diterapkan sebagai sistem peringatan dini dari dampak badai matahari.

Baca Juga :   Pemkot Sebut Stok Bahan Pangan di Surabaya Aman hingga Hari Raya Idul Fitri

Perusahaan komunikasi dan infrastruktur listrik masih punya waktu untuk mengintegrasikan DAGGER ke sistem mereka menjelang 2025—di mana pada tahun tersebut aktivitas Matahari akan diperkirakan mencapai puncaknya.

Meskipun tidak sepenting sirene tornado atau tsunami, paling tidak DAGGER bisa menyelamatkan suatu kota dari kegelapan total.❒

Artikel Terkait

Leave a Comment