samudrafakta.com

Kue Apem, Simbol Permintaan Maaf Menjelang Ramadhan

Menjelang bulan Ramadhan, umat Islam di Jawa biasanya mengadakan tradisi megengan—yaitu acara syukuran menyambut datangnya Bulan Suci. Tradisi ini tidak lepas dari satu makanan khas, yaitu kue apem.

Kue Apem adalah makanan yang terbuat dari tepung beras dan menjadi simbol dalam tradisi Jawa, termasuk megengan menjelang Ramadhan. Apem dibuat dengan cara digoreng atau dikukus. Apem kukus memiliki tekstur yang lembut dan lengket saat dimakan. Kue apem ini biasanya disajikan dengan pisang sebagai pendamping nasi ambeng.

Apem kukus bisa diolah dengan berbagai rasa seperti pandan, gula merah dan nangka. Kue apem juga biasa digunakan saat acara penting dan sakral seperti Tasyakuran, Aqiqah, Mauludana dan lain-lain.

Istilah Apem berasal dari bahasa Arab “afuan” atau “afuwwun”, yang berarti “permisi” atau “maafkan saya”. Apem, dalam filosofi Jawa, dimaknai sebagai simbol menolak klaim dan meminta maaf atas berbagai kesalahan yang dilakukan.

Apem juga diartikan sebagai rasa syukur kepada Allah Swt. atas limpahan yang diterima.Di beberapa daerah, kue apem dimaknai sebagai penguat tali silaturahmi. Selain itu, Apem banyak diperdagangkan di pasaran sebagai jajanan tradisional yang tak pernah sepi peminat. Inilah kearifan Nusantara; makanan tidak hanya untuk sekadar dimakan, tetapi juga membawa makna yang sangat dalam.◼︎

Baca Juga :   Lailatul Qadar adalah ‘Bonus’ untuk Umat Nabi Muhammad yang Berumur Pendek

Artikel Terkait

Leave a Comment