samudrafakta.com

Kriteria Penerima Rumah Syukur Ditentukan secara Detail agar Program Tepat Sasaran

SF: Apakah ada kriteria yang lebih detail untuk menentukan mana yang paling perlu dibantu dibandingkan yang lainnya?

AR: Detailnya, ya, khususnya yang sehari-hari susah secara ekonomi. Yang untuk menunjang kebutuhannya sehari-hari saja susah. Bisa juga orang yang sakit, sehingga kurang bisa memaksimalkan potensinya untuk bekerja secara maksimal.

Selain itu, syarat lainnya adalah (calon penerima bantuan) memiliki lahan. Tetapi kami lihat dulu status tanah tersebut. Misalnya, kalau itu tanah warisan, akan kami pastikan dulu kejelasan statusnya. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan ke depannya.

Kriteria lainnya adalah anak yatim yang ikut neneknya dan masih butuh support untuk kehidupan sehari-hari. Kami pernah menangani penerima bantuan seperti itu, yang masih kami support hingga kini. Dukungan dari kami berlangsung selama 12 tahun. Dari OPSHID juga terus berusaha mendampingi. Jika sakit juga kami hubungkan ke Rumah Sehat Tentrem Medical Center (RSTCM).

SF: Bagaimana cara berkomunikasi dengan warga yang dinilai belum bisa dibantu, supaya tidak terjadi saling iri dengan tetangga yang dibantu?

AR: Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi saling iri, kami membangun rumah itu dengan mengajak serta tetangganya atau Ketua RT setempat untuk bergotong-royong bersama-sama.

Baca Juga :   Masjid Pesantren HSHF Jadi Tepat Waktu Berkat Akselerasi Mas Bechi dan OPSHID 

Kami terus berusaha meyakinkan mereka-mereka yang belum mendapat bantuan, dengan menerangkan bahwa warga yang mendapat bantuan tesebut benar-benar lebih membutuhkan daripada warga lainnya. Dengan demikian, tetangga yang tidak atau belum mendapat bantuan bisa memahami.

OPSHID juga terus berusaha membangkitkan jiwa kesepahaman pada warga sekitar lokasi bantuan, dengan mengajak mereka gotong royong, bahkan patungan, agar bantuan bagi penerima program bisa lebih maksimal lagi karena diberikan secara berjamaah.

Mungkin, kendati tidak berjamaah dengan warga sekitar lokasi bantuan, OPSHID tetap bisa membantu. Namun, kami tetap berupaya merangkul warga sekitar lokasi program agar bersedia dengan ikhlas untuk berpartisipasi. Jika pun belum bisa mendukung secara materi, setidaknya bersedia menjadi relawan yang bersedia ikut menyumbangkan tenaga untuk membangun Rumah Syukur tanpa digaji.

Kami terus memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa kita semua sebenarnya bisa membantu masyarakat sekitar kita yang membutuhkan, dengan apa pun yang kita punya atau kita bisa. Tidak harus selalu dengan sumbangan uang. Misalnya, kalau ada yang bisa menata bata, kami ajak ikut menata bata. Kalau ada yang bisa mengaduk semen atau melakukan pemelesteran, kami persilakan jika berkenan.

Baca Juga :   Membangun Hati, Melawan Narkolema

Dengan begitu, insya Allah warga atau tetangga sekitar tidak bakal saling iri. Sebab, ketika mereka terlibat langsung dalam pembangunan, mereka bakal mengetahui langsung bahwa orang yang rumahnya mendapat bantuan program Rumah Syukur kondisi sehari-harinya lebih sulit daripada mereka.

Tim OPSHID selalu memantau perkembangan pembangunan Rumah Syukur. (Dok. Opshid Media)

Artikel Terkait

Leave a Comment