samudrafakta.com

Investor Asing Dirayu agar ‘Periuk Indonesia’ Terus Menyala di IKN?

Presiden Jokowi meninjau pembangunan dasar yang sudah dimulai di Ibu Kota Nusantara (IKN) didampingi para menteri dan Ketua DPR Puan Maharani. Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta para investor untuk tidak ragu menanamkan modalnya di Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara. FOTO: Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden

“Dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045, kita tidak hanya bisa bergantung pada pembangunan di Pulau Jawa, namun kita juga harus menggali dan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di wilayah Indonesia. Dan di sinilah IKN menjadi sebuah solusi dan harapan baru,” kata Arsjad, tahun 2022 lalu.

Sebagai mitra strategis pemerintah dan rumah bagi dunia usaha, Arsjad menyebut bahwa KADIN siap membantu memfasilitasi pencarian investor dan membukukan target investasi untuk pembangunan IKN, sehingga IKN dapat menjadi terobosan di segala bidang, dan pelaku usaha tidak lagi menemukan hambatan dalam menjalankan bisnisnya.

Apabila orientasi Presiden Jokowi untuk menarik investasi di IKN—dengan menawarkan berbagai macam kemudahan kepada calon investor—murni untuk pertumbuhan Ibu Kota dan peningkatan gairah ekonomi secara nasional dan merata, dari Sabang hingga Papua, tentu itu gagasan yang sangat bagus. Asal “karpet merah” di IKN ini tidak menjadi ‘update version’ dari karpet merah yang digelar Pemerintah Indonesia pada tahun 1967 di Swiss, ketika ‘bagi-bagi kue’ untuk investor asing.

Baca Juga :   Ketika Kampus-Kampus Menyampaikan “Teguran Keras”  untuk Presiden Jokowi

Sejauh ini, belum ada ekonom yang mengulas perihal kemungkinan invansi ekonomi tersebut. Yang dibahas hanya seputar tawaran Pemerintah, tetapi belum mengulas lebih jauh motivasi di balik penawaran itu: apakah demi “periuk” Indonesia, atau “periuk” tamu-tamu asing.

Yang perlu dicatat, mungkin, pembangunan ekonomi tak bisa mengesampingkan kearifan lokal, kesempatan yang sama bagi seluruh rakyat Indonesia, dan dinamika budaya di sekitar wilayah pembangunan. “Kehangatan periuk” Indonesia harus dijaga untuk semua rakyat Indonesia Raya—bukan hanya untuk “sekelompok kecil tuan-tuan besar yang hidup di gedung bertingkat dilingkungi kaca seperti permen dalam peles”. *

Artikel Terkait

Leave a Comment