samudrafakta.com

Awas, Obesitas Mengancam Masa Depan Anak!

Penyebab dan Faktor Risiko Obesitas pada Anak

Gaya hidup, seperti asupan kalori anak yang melebihi angka kecukupan gizi dan malas bergerak, adalah penyebab utama obesitas pada si kecil. Akan tetapi, beberapa faktor lain juga turut meningkatkan risiko kenaikan berat badan pada bayi. Berikut sederetan risiko yang bisa timbul dari obesitas, sebagaimana dikutip rai hellosehat.

  1. Pola Makan yang Buruk

Konsumsi makanan tinggi kalori, seperti makanan cepat saji, minuman manis, atau makanan kemasan dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada anak. Jenis makanan dan minuman ini cenderung tinggi gula.

  1. Kurang Gerak

Anak yang jarang bergerak lebih mungkin mengalami kenaikan berat badan karena mereka tidak membakar banyak kalori di tubuhnya. Biasanya ini terjadi pada anak yang menghabiskan waktunya untuk nonton televisi atau bermain game.

  1. Genetika

Anak yang memiliki keluarga dengan obesitas lebih mungkin mengembangkannya di kemudian hari. Risiko obesitas akan semakin besar jika gaya hidup anak juga tidak sehat.

  1. Faktor Psikologi

Stres pada anak, orang tua, dan keluarga dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak. Beberapa anak makan berlebihan untuk mengatasi masalah atau emosi—seperti stres—atau untuk melawan kebosanan.

  1. Faktor Sosial Ekonomi

Anak-anak dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah lebih mungkin mengonsumsi makanan tidak sehat, contohnya makanan siap saji atau kemasan. Demikian pula yang terjadi pada bayi Kenzie di Bekasi. Orangtua mereka cenderung sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sehingga tidak punya cukup waktu untuk menyiapkan makanan bergizi seimbang. Kesibukan orangtua juga bisa membuat asupan kalori anak tidak diawasi dengan baik.

  1. Penggunaan Obat Tertentu
Baca Juga :   Vaksin Booster Kedua Tidak Menjadi Syarat Perjalanan

Beberapa obat resep dapat meningkatkan risiko mengembangkan obesitas. Obat-obatan tersebut, antara lain, prednison, lithium, amitriptyline, paroxetine (Paxil), gabapentin (Neurontin, Gralise, Horizant) dan propranolol (Inderal, Hemangeol). Hal ini bisa saja terjadi pada anak jika ia memiliki masalah kesehatan yang mengharuskan konsumsi obat-obatan.

Potensi Komplikasi Kesehatan

Anak obesitas juga rawan terjangkit penyakit yang erat kaitannya dengan perkembangan penyakit degeneratif, antara lain:

  1. Gejala Pradiabetes

Kelebihan berat badan menyebabkan tubuh anak tidak dapat mencerna glukosa secara optimal. Akibatnya, kadar glukosa di dalam darah akan meningkat. Jika kondisi ini terus berlangsung, anak tersebut dapat menderita diabetes mellitus ketika memasuki usia remaja atau dewasa.

  1. Sindrom Metabolik

 Sindrom metabolik merupakan kumpulan gejala perkembangan penyakit degeneratif. Sebagai contoh adalah tekanan darah tinggi, tingginya kadar kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL) dan rendahnya kolesterol baik atau high density lipoprotein (HDL), serta penumpukan lemak di sekitar perut anak.

  1. Gejala Asma

Obesitas dapat menyebabkan inflamasi pada sistem kardiovaskular atau jaringan lemak di sekitar pembuluh darah paru-paru. Akibatnya, paru-paru lebih sensitif terhadap rangsangan udara dari luar dan menyebabkan gejala asma.

  1. Gangguan Tidur

Gangguan tidur yang rentan terjadi pada anak dengan obesitas adalah sleep apnea. Kondisi ini ditandai dengan berhentinya pernapasan selama beberapa detik saat tidur, yang terjadi karena penimbunan lemak pada tubuh si kecil.

  1. Hepatic Steatosis
Baca Juga :   Gagal Ginjal setelah Minum Obat Sirup yang Dinyatakan Aman oleh BPOM

Kondisi yang juga dikenal sebagai fatty liver disease ini disebabkan penumpukan lemak di bagian tubuh bawah dan di dalam pembuluh darah. Meskipun tidak menimbulkan gejala serius di waktu muda, tetapi kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan hati.

  1. Pubertas dini

Obesitas bisa menjadi penyebab pubertas dini pada anak. Ini adalah gejala yang lebih banyak dialami oleh perempuan, biasanya ditandai dengan menstruasi dini. Pubertas dini merupakan tanda ketidakseimbangan hormonal, yang nantinya dapat menimbulkan masalah kesehatan perempuan setelah dewasa.

Gangguan Pertumbuhan Muskuloskeletal

Berat badan berlebihan juga mengganggu pertumbuhan tulang, sendi, dan otot pada anak. Berikut ini beberapa gangguan kesehatan tulang yang berisiko dialami oleh anak dengan penumpukan lemak di tubuhnya, sebagaimana dilansir oleh hellosehat.com.

  1. Slipped Capital Femoral Epiphysis (SCFE)

SCFE merupakan kondisi di mana tulang paha (femur) mundur ke belakang akibat area pertumbuhan tulang tidak dapat menahan berat badan. Pada kasus serius, kaki yang mengalami gangguan ini tidak dapat menahan berat badan sedikit pun. Ini membuat tulang pinggul anak bergeser.

  1. Penyakit Blount

Obesitas bisa menyebabkan kaki bengkok karena adanya perubahan hormon dan tekanan yang terlalu berat pada kaki anak yang sedang mengalami pertumbuhan. Akibatnya, anak mengalami disabilitas. Pada kasus yang belum terlalu parah, anak yang mengalami blount bisa diperbaiki dengan memakai penyangga kaki atau orthotic.

  1. Patah Tulang
Baca Juga :   Cegah Dampak Polusi Udara, Terapkan Protokol Kesehatan 6M dan 1S

Obesitas pada anak membuat si kecil berisiko mengalami patah tulang. Bobot tubuh yang terlalu berat bisa membuat tulang stres sehingga melemahkan kekuatan tulang itu. Berisiko menyebabkan patah tulang akibat berat badan berlebih.

  1. Flat Feet

Anak yang mengalami obesitas juga mengalami flat feet atau telapak kaki rata. Akibatnya, kaki anak terasa sakit ketika berjalan dan mudah lelah.

  1. Gangguan Koordinasi

Anak obesitas cenderung sulit menggerakkan anggota tubuh. Keseimbangan tubuhnya buruk. Hal ini menimbulkan masalah koordinasi motorik kasar, seperti sulit berdiri dengan satu kaki, apalagi melompat. Obesitas pada anak juga bisa menyebabkan masalah koordinasi motorik halus, yaitu kemampuan motorik untuk menulis, menggunting, mengikat tali sepatu, atau mengetuk dengan satu jari.

Masalah Interaksi Sosial

Anak obesitas cenderung mendapat stigma negatif dan kurang diterima di lingkungan sosial seusianya. Mereka juga cenderung mengalami diskriminasi hingga perundungan oleh teman-temannya. Dampak bullying itu berpotensi mendorong mereka untuk menarik diri dari lingkungan, enggan berinteraksi dengan orang lain.

Gangguan Psikologis

Seorang anak yang mengalami obesitas bisa merasa minder; mengalami gangguan belajar; dan kehilangan semangat dalam beraktivitas. Anak juga bisa depresi akibat akumulasi masalah psikologis dan interaksi sosial.

Artikel Terkait

Leave a Comment