samudrafakta.com

Dua Ketua PBNU Diberhentikan karena Menjadi Pengurus Harian Parpol 

JAKARTA—Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melakukan pergantian kepengurusan antarwaktu masa khidmah 2022-2027. Dalam proses tersebut, PBNU memberhentikan Nusron Wahid hingga Nasyirul Falah Amru dari jabatan Ketua PBNU. Menurut  Ketua PBNU Ahmad Fahrurrozi, keduanya diberhentikan lantaran merangkap jabatan pengurus harian partai politik.

“Ya. Ini penegakan disiplin aturan,” kata pria yang akrab disapa Gus Fahrur tersebut, dikutip dari CNNIndonesia.com, Selasa (12/12/2023).

Gus Fahrur membenarkan jika ada aturan pengurus harian NU semua tingkatan dilarang merangkap jabatan dalam partai politik atau organisasi yang berafiliasi dengan partai politik. 

Sebagai informasi, Nusron Wahid kini masih berstatus sebagai Kepala Badan Pemenangan Pemilihan Umum (Bappilu) DPP Partai Golkar. Sementara Nasyirul merupakan Sekretaris Umum (Sekum) Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) PDIP.

Perihal pemberhatian Nusron dan Nasyrul itu diketahui dari Surat Keputusan PBNU Nomor 01.c/A.II.04/11/2023 tentang Pengesahan Pergantian Antar Waktu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Masa Khidmat 2022-2027 yang diunggah di laman resmi PBNU, Selasa (12/12/2023). Surat ini tertanggal Rabu, 15 November 2023.

Baca Juga :   Apakah Perilaku Politik PBNU Didominasi Rasionalitas yang Menandakan Matinya Hati Nurani?

Selain Nusron dan Nasirul, sebagaimana isi surat tersebut, PBNU juga memberhentikan dengan hormat KH Muhammad Syakrim dan KH Muhammad Hatim Salman dari Mustasyar PBNU sisa masa khidmah 2022-2027. Selain itu, juga memberhentikan dengan hormat KH Subhan Makmun dari Rais PBNU masa khidmat 2022-2027. Pemberhentian ini disertai ucapan terima kasih atas pengabdiannya selama ini.

Bersamaan dengan pemberhentian tersebut, PBNU menetapkan KH. Ubaidillah Ruhiat dan KH. Muhib Aman Aly sebagai Rais Syuriyah PBNU sisa masa khidmah 2022-2027; KH. Subhan Makmun, yang semula menjabat Rais PBNU, menjadi A’wan PBNU sisa masa khidmah 2022-2027; dan Prof. Rumadi menjadi Ketua PBNU sisa masa khidmah 2022-2027.

“Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila dalam penetapannya terdapat perubahan dan/atau kekeliruan, Surat Keputusan ini akan ditinjau kembali sebagaimana mestinya,” demikian bunyi poin kesembilan surat tersebut.

Melalui surat tersebut, PBNU juga mengingatkan keharusan untuk senantiasa berpedoman kepada AD/ART NU dan peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam Permusyawaratan PBNU, serta berkewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepengurusan dalam Muktamar ke-35 yang akan datang.*

Baca Juga :   Relasi Harmonis Tan Malaka – Kiai Hasyim Asy'ari: Membangun Kemandirian Ekonomi hingga Resolusi Jihad

____FOTO: Nusron Wahid (kiri) dan Nasyirul Falah Amru (kanan). (Dok. SF)

Artikel Terkait

Leave a Comment