samudrafakta.com

Doyan Kol Goreng? Awas, Bahaya Bagi Kesehatan!

Jika dulu kol dihidangkan dalam bentuk lalapan segar bersama selada dan mentimun, kol yang digoreng kini menjadi favorit banyak orang karena rasanya yang gurih. Tetapi, hati-hati, kol yang digoreng bisa mengancam kesehatan!

 

Sayuran kol mentah mungkin tidak banyak disukai karena rasanya kurang sedap, baunya yang aneh, dan teksturnya keras. Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa kol goreng memiliki banyak penggemar.

Walau demikian, Anda tetap harus waspada. Di balik lezatnya kol goreng, ada potensi masalah kesehatan yang dapat membahayakan kondisi tubuh.

Apa sajakah bahaya dari kol goreng jika dikonsumsi terlalu sering?

1. Menambah Jumlah Kalori

Seperti jenis sayuran pada umumnya, kol sangat rendah kalori. Setengah bonggol kol mentah seberat 100 gram bahkan hanya mengandung 22 kalori. Hal ini disebabkan karena sekitar 92 persen dari seluruh bobot kol merupakan air.

Kalori kol goreng lebih tinggi karena adanya kalori ekstra dari minyak goreng. Saat digoreng, kol menyerap banyak minyak. Jika sesendok makan minyak goreng memberikan hampir 45 kalori, bayangkan jika Anda memakan banyak kol goreng dalam satu waktu.

Baca Juga :   Awas, Gula Darah Terlalu Tinggi atau Rendah Bisa Bahaya, Cek Tabelnya di Sini  

2. Memicu Kanker

Tahukah Anda, bahwa kol yang digoreng terlalu lama dapat menjadi pemicu kanker? Terlebih, bila berada dalam suhu yang tinggi dan minyaknya telah dipakai berkali-kali.

Kol memiliki senyawa antikanker yang disebut sulphoraphane. Sulphoraphane bekerja dengan menghambat enzim histone deacetylase. Enzim ini berperan dalam perkembangan berbagai jenis kanker, termasuk kanker kulit, pankreas, dan prostat.

Proses menggoreng dengan suhu panas dan memakai minyak banyak atau yang digunakan berkali-kali dapat menyebabkan kolatasi oksidasi. Sehingga, kadar radikal bebas yang bersifat karsinogenik (pemicu tumbuhnya sel kanker) akan meningkat.

3. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Kol mentah sebenarnya bermanfaat bagi kesehatan jantung lantaran tidak mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang berbahaya. Namun, apabila digoreng dengan suhu yang tinggi, sayuran ini akan menyerap sebagian minyak goreng.

Kandungan lemak jenuh serta kolesterol jahat (LDL) dalam minyak goreng dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti obesitas dan serangan jantung.

4. Obesitas

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, dampak buruk kol goreng selanjutnya adalah dapat menyebabkan obesitas.

Baca Juga :   Rawon, Makanan Ningrat Sejak 1.000 Tahun Lalu

Kol goreng sangat tidak dianjurkan bagi Moms yang ingin memiliki berat badan ideal.

Sayuran yang baik dikonsumsi untuk penambah serat ini, setelah digoreng justru dapat menambah berat badan.

Kol yang digoreng otomatis akan mengandung lemak jenuh dan kolesterol jahat lantaran dapat menyerap kandungan tidak sehat dari minyak.

Jika Anda mengonsumsinya dalam porsi banyak atau frekuensi yang sering, risiko untuk mengalami kenaikan berat badan semakin tinggi, sehingga berisiko terkena obesitas.

5. Tidak Baik untuk Kulit

Selain itu, dampak buruk kol goreng selanjutnya berkaitan dengan kesehatan kulit. Kol goreng tidak baik bagi kesehatan dan kecantikan kulit.

Pada dasarnya, kulit membutuhkan ragam nutrisi yang terkandung dalam sayur kol. Namun jika kol digoreng, nutrisi tersebut akan hilang.

Menggoreng kol juga dapat membuat dapat membuat kulit mudah berminyak dan berjerawat.

Kol goreng juga akan menambah sel mati pada kulit, sehingga meningkatkan risiko penuaan dini.

6. Merusak kandungan Nutrisinya

Kol sangat kaya akan nutrisi. Seratus gram kol segar mengandung 2,1 gram protein, 0,5 gram lemak, dan 3,6 gram karbohidrat. Sayuran ini juga kaya serat, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin K, serta mineral seperti kalsium, fosfor, dan mangan.

Baca Juga :   Waspadalah, Kasus Pneumonia yang Mewabah di China Terdeteksi Masuk Indonesia!

Sayangnya, proses menggoreng suhu tinggi bisa merusak nutrisi, seperti dilansir dari studi Journal of Agricultural and Food Chemistry. Mengukus, merebus, dan menumis merupakan cara memasak yang lebih sehat untuk menjaga nutrisi sayuran.

(Yadi)

Artikel Terkait

Leave a Comment