samudrafakta.com

Caleg PKS di Cilegon Putus Bantuan Saluran Air Bersih untuk Warga setelah Gagal Terpilih  

Warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer sambil membawa galon setelah saluran air yang biasa digunakan diputus oleh pemilik pompa air. (Dok. Istimewa/Kumparan)

Sumedi menceritakan, selama empat tahun mengalirkan air bersih ke Kampung Cisuruh, dia harus mengeluarkan antara Rp2 juta — Rp2,5 juta setiap bulan, untuk menyubsidi tagihan listrik yang digunakan untuk pompa airnya.  

“Kurang lebih empat tahun saya bantu air bersihnya. Bahkan, alhamdulillah, air yang saya alirkan ke sana PH-nya 7. Itu luar biasa. Bahkan masyarakat Cisuru sendiri bisa mengkonsumsi air bersih,” ucap Sumedi.

Sumedi Madasik. (Dok. KPU Cilegon)

Setelah empat tahun air bersih mengalir dari pompa Sumedi ke Cisuruh, terjalin kesepakatan antara Sumedi dengan warga, di mana warga mau memilihnya sebagai anggota DPRD Cilegon dalam Pemilu 2024. Kesepakatan tersebut, kata Sumedi, merupakan kompensasi dari warga karena dia sudah membantu mereka mendapatkan air bersih. Kesepakatan terjalin pada awal Februari sebelum Pemilu.

Namun, saat pencoblosan 14 Februari 2024, Sumedi kalah di Cisuruh. Warga, kata Sumedi, memilih caleg lain setelah kena serangan fajar.

“Dari jumlah 140 warga (Cisuruh) yang masuk DPT, saya cuma berharap 100 suara. Wajarlah, sekitar 70 persen saja. Tapi yang saya dapat cuma 45 persen. Itu akibat serangan fajar. Pelakunya si RT sendiri, yang pada malam hari dia sengaja bawa uang dari salah satu calon untuk dibagikan ke masyarakat, beli suara,” kata Sumedi.

Baca Juga :   Menag dan Menkominfo Sebut Prabowo Sahabat

Namun demikian, Sumedi membantah jika dia memutus saluran air bersih ke Kampung Cisuru gegara dia gagal lolos ke parlemen. Dia mengaku pemutusan itu berdasarkan kesepakatannya dengan warga, setelah upaya mencari solusi untuk menutup beban biaya—yang sebelumnya dia tanggung—masih buntu.

Dia mengaku sempat menawarkan kepada warga agar biaya pengambilan air bersih dari sumur bornya—yang sebelumnya Rp5.000 per kubik—dinaikkan untuk menutup biaya listik yang sebelumnya dia tanggung. Dia mengaku sudah tak sanggup mensubsidi karena sudah tak punya uang setelah nyaleg.

“Ternyata, sampai detik ini belum ada solusi. Saat itu saya bilang, air sementara saya tutup. Bukan saya putus. Hanya sementara, karena tujuannya supaya ada yang terbaik buat saya pribadi, dan ada solusi yang terbaik buat masyarakat,” jelasnya.

Hingga 18 Februari, kata Sumedi, ternyata tidak ada kesepakatan antara dia dengan warga. Akhirnya dia memutus sementara saluran air dari sumur bornya. Warga pun harus kembali berjalan sejauh 2 km untuk mendapatkan air bersih.

Namun demikian, Sumedi mengaku akan kembali membuka aliran air bersih ke Kampung Cisuru bila sudah ada solusi terbaik dari kedua belah pihak. 

Baca Juga :   Timbul-Tenggelam Wacana Tunda Pemilu

Kendati menurut Sumedi pompa airnya hanya ditutup sementara, faktanya, warga kampung Cisuru kembali mengalami kesulitan air bersih. “(Saluran air bersih) Itu kan punyanya (Sumedi) ya. Kalau diminta diputus, ya, diputus,” tutur Satriah, salah satu warga.

Walikota Cilegon Helldy Agustian mengaku telah mendengar informasi terkait masalah air bersih di Cisuruh. Meski belum meninjau langsung ke lokasi, sebaimana dikutip dari Media Indonesia, Helldy mengklaim bahwa Pemkot telah mengambil langkah untuk memberikan bantuan air kepada warga yang membutuhkan.◼︎

Artikel Terkait

Leave a Comment